Tuesday 4 September 2012

kham ji muakhi

Kamis, 04 November 2010 SEBUAH KESALAHAN BESAR YANG MENYATAKAN BAHWA ASAL-USUL SUKU KOMERING MASIH ADA HUBUNGANNYA DENGAN SUKU BATAK DI SUMATERA UTARA. by Pulau Gemantung on Sunday, July 4, 2010 at 9:42am Suku Komering adalah satu klan dari Suku Lampung yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak yang telah lama bermigrasi ke dataran Sumatera Selatan pada sekitar abad ke-7 dan telah menjadi beberapa Kebuayan atau Marga. Nama Komering diambil dari nama Way atau Sungai di dataran Sumatera Selatan yang menandai daerah kekuasaan Komering. Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, sajaman rik Tanoh Pagaruyung pemerintah Bunda Kandung, cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, sangon kok turun-temurun jak ninik puyang paija, cambai urai ti usung dilom adat pusako". Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), sezaman dengan Ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung di Minang Kabau, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Brak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa". Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya Marga Paku Sengkunyit, Marga Sosoh Buay Rayap, Marga Buay Pemuka Peliyung, Marga Buay Madang, Marga Semendawai (OKU) dan Marga Bengkulah (OKI). Di Wilayah budaya Komering merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Sejak abad pertengahan, Suku Komering, sama halnya dengan rumpun Melayu lainnya, menerima Islam sebagai sebuah agama dan kepercayaan. Kedatangan Islam itu melahirkan mitos. Mitosnya mengenai seorang panglima dari bala tentara Fatahilah, Banten, bernama Tan Dipulau, yang menjadi tamu di daerah Marga Semendawai Suku III. Ia datang menggunakan perahu menelusuri Sungai Komering. Tan Dipulau berlabuh dan menetap di daerah Marga Semendawai Suku III, tepatnya di Dusun Kuripan. Keturunan TanDdipulau membuka permukiman baru di seberang sungai atau seberang dusun Kuripan, yang disebut Dusun Gunung Jati. Selanjutnya, Marga Semendawai disebut keturunan Tandipulau dari Dusun Kuripan. Sedangkan untuk di Marga Bengkulah, pembawa dan penyiar Islam adalah Moyang Tuan Syarif Ali dan Tuan Murarob yang berasal dari Banten dan dibantu oleh Tuan Tanjung Idrus Salam. Tan dipulau dalam Bahasa Komering berarti 'Tuan di Pulau'. Makamnya, yang terletak di Dusun Kuripan, hingga kini masih terpelihara. Masyarakat Komering, khususnya marga Semendawai, sering berziarah kubur ke makam tersebut. Mitos lain yang beredar dan merupakan sebuah kesalahan besar yang menyatakan bahwa asal-usul Suku Komering masih ada hubungannya dengan Suku Batak di Sumatera Utara, dimana dikatakan bahwa Suku Komering dengan Suku Batak Sumatera Utara dikisahkan masih bersaudara, kakak-beradik yang datang dari negeri seberang. Setelah sampai di Sumatra, mereka berpisah. Sang kakak pergi ke selatan menjadi puyang Suku Komering, dan sang adik ke utara menjadi nenek moyang Suku Batak. Apa yang mendasari pendapat para penulis tersebut, apakah hanya sebatas dari sumber cerita rakyat yang tidak mempunyai bukti kongkrit dan kejelasan akan fakta tersebut. Bahkan cerita rakyat yang menyatakan mitos tersebut tidak diketahui secara menyeluruh oleh semua masyarakat Komering, dan hanya berkembang di daerah Ogan komering Ulu, itupun tidak menyebar secara luas. Karena jika dilihat dari segi Adat Istiadat, mulai dari rumah dan pakaian adat, makanan tradisional, hukum, tatacara adat serta kebiasaan masyarakat, sama sekali tidak ditemukan kemiripan yang identik yang dapat mendifinisikan bahwa adanya hubungan asal-usul antara Suku Komering dengan Suku batak di Sumatera Utara. Kemudian jika dilihat dari segi etnis atau ras, mulai dari bentuk wajah dan warna kulit, juga tidak ditemukan kemiripan yang identik, karena biasanya orang yang berasal dari Suku Batak memiliki rahang bawah yang lebih tegas dan cenderung membentuk segi dengan tulang alis dan tulang pipi yang sedikit lebih menonjol, berbeda dengan orang yang berasal dari Suku Komering yang memiliki ciri-ciri fisik yang lebih mirip dengan ras Melayu pada umumnya. Apa yang melatar belakangi pendapat tersebut? lagi-lagi pertanyaan ini sering terngiang pada pikiran kami, bahkan mungkin pada anda semua sebagai pembaca. Dilihat dari segi Bahasa, apakah hanya dikarenakan adanya beberapa kosa kata dari masyarakat Suku Komering ada kemiripannya dengan Suku Batak di Sumatera Utara, jika itu yang mendasari pendapat tersebut, seberapa banyak kemiripan kosa kata yang ada? Kalau hanya terdapat 10 atau 15 kosa kata itu bukan merupakan bukti kuat yang dapat membenarkan pendapat tersebut. Jika kita cermati dengan lebih rinci kemiripan kosa kata Bahasa Komering juga terdapat pada beberapa kosa kata bahasa sunda, diantaranya: jukut (Sunda) dengan jukuk (Komering) yang berarti rumput, mulang (Sunda dan kKomering) yang berarti pulang, sireum (Sunda) dengan sorom (Komering) yang berarti semut, gancang (Sunda dan Komering) yang berarti cepat, na sebuah inbuhan yang digunakan bahasa sunda yang sama fungsinya dengan imbuhan nya dalam bahasa Indonesia juga digunakan di dalam Bahasa Komering, jelma (Sunda) dengan jelma (Komering) yang berarti manusia. Tidak hanya dengan Suku Sunda, Bahasa Komering juga memiliki kesamaan kosa kata dengan Bahasa Melayu, baik itu Melayu Palembang maupun Melayu Piawai (Riau, Langkat, Serdang, Siak), Bahasa Aceh bahkan dengan Suku Jawa, diantara kesamaan kosa kata tersebut adalah: kawai (Melayu Piawai dan komering) yang berarti baju, sayu (Melayu Piawai dan Komering) yang berarti sedih atau pikiran jauh, biduk (Melayu Piawai dan Komering) yang berarti perahu, pinggan/pingan (Melayu Piawai dan Komering) yang berarti piring. Kemiripan dengan bahasa Aceh diantaranya, Apui (Aceh dan Komering) yang berarti api, Kulat/Kulak (Aceh dan Komering) yang berarti jamur, Tanoh (Aceh dan Komering) yang berarti tanah, Asu (Jawa dan Komering) yang berarti anjing, Rawang/Lawang (Jawa dan Komering) yang berarti pintu, Sapa (Jawa) dengan Sopo (Komering) yang serarti siapa. Demikian beberapa fakta yang ada, dan sebenarnya mungkin masih terdapat banyak lagi kemiripan kosa kata lainnya, yang tentunya tidak dapat kita sajikan semuanya dalam artikel ini. Dengan beberapa kemiripan kosa kata yang ada antara bahasa komering dengan beberapa Suku di Indonesia tersebut, apakah asal-usul Suku Komering bisa dikatakan ada hubungannya dengan dengan beberapa suku tersebut? sampai saat ini tidak ada yang dapat menyatakan hal tersebut tersebut dengan tegas, karena memang semua itu memerlukan bukti yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Seperti yang kita ketahui bersama, di dalam Suku Komering itu sendiri terdapat paling tidak dua ragam intonasi suara dalam berbahasa (Dialek/Logat), Dialek Suku Komering Marga Bengkulah akan terdengar cenderung berintonasi lebih datar, halus serta tidak mendayu jika dibandingkan dengan Bahasa Komering Ulu (mendiami bagian hulu Sungai Komering) yang intonasinya akan cenderung lebih tegas, tinggi dan mendayu. Kemudian jika masalah intonasi suara (Dialek/Logat) antara Bahasa Komering pada umumnya (Komering OKU) dibandingkan dengan Bahasa Batak yang memiliki kemiripan, yaitu sama-sama berintonasi dialek/logat yang tinggi dan tegas (keras/lantang) menjadi latar belakang pendapat yang mengatakan bahwa asal usul Suku Komering masih ada hubungan yang erat dengan Suku Batak di Sumatera Utara. Lalu bagaimana dengan kemiripan intonasi antara Bahasa Komering dengan Bahasa Bugis Sulawesi dan suku-suku di Indonesia timur diantaranya Flores, Maluku serta Timor, Dengan fakta tersebut apakah suku Komering bisa dikatakan ada hubungan asal usul yang sangat erat dengan suku-suku tersebut? Tentu saja, tidak dengan semudah itu kita dapat berargumentasi dan mengeluarkan pendapat, apalagi pendapat itu sangat terkait dengan sejarah dan asal-usul suatu suku bangsa, jangan bermain-main dengan sebuah argumentasi yang nantinya akan merusak paradigma berfikir bagi para penerus generasi sebuah suku bangsa. Dalam hal ini tentunya kami tidak bermaksud untuk menyudutkan suatu pendapat atau argumentasi seseorang, namun setidaknya hal ini kami jadikan sebagai momen untuk mencoba meluruskan sebuah pendapat yang selama ini mulai beredar di masyarakat khususnya masyarakat Komering Ulu. Demikian tulisan ini kami sampaikan, semoga paling tidak memberikan sedikit pencerahan bagi para pembaca, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyampaian argumentasi kami, terima kasih Kamis, 22 April 2010 Hormat Kami: SIKINDUA PULAU GEMANTUNG Beberapa Sumber bacaan dan informasi: - Media Indonesia - Lampung Post - Argumentasi beberapa tokoh masyarakat Komering terhadap mitos yang beredar Yang menyukai catatan ini: Mar Diah, Dedy's Sairuashada Meedy, Desi Poetry and 18 others. Adhan Taorus Busabar (April 22 at 9:35 pm) Mksh. Umar Hasan (April 22 at 10:01 pm) Terus gali sejarah qta. Pulau Gemantung (April 23 at 12:17 am) Adhan, jama-jama,,, Pulau Gemantung (April 23 at 12:21 am) Kiay Muhammad Umar, Insya' Allah, mohon dukungan munih jak kaunyinna, man wat sey salah jak cara atau informasi sey sikam sampaiko katulungan ingokko riek rulusko, man sekirana jak kaunyin wat tambahan informasi atau pendapat hingan munih, jama-jama kita bahas riek sajiko dija. Terima kasih semakkungna,,, Deddy Cyai Manaho (April 23 at 2:05 am) Jempol untuk mu dan teruslah memberi kan informasi2 yg berguna,sukses selalu dan semoga ALLAH SWT selalu bersama kt amiin. Masnun Aries Syarif (April 23 at 3:17 am) Trims... Sumber sangat meyakinkan,.. Bs dijdkan referensi. Smga msh ada info2 yg trkini, aktual, tajam n trpercaya. Siapa lg klu bkn qt2, sbgai putra daerah generasi penerus bangsa. Sikam mendukung. Iwan Asaka Comunity' ( April 23 at 1:54 pm) makasihhhhhhhhh............ Pulau Gemantung (April 24 at 6:20 pm) Terima kasih Sikindua haturko guk Nakan Adhan, Bik Marwiah, Kiay Dedi, Kak Masnun Rik Nakan Iwan, kok sudi singgah dija... Terima Kasih munih atas dukungan rik doa na, semoga segala kebaikan jak doa sina, tilimpah munih guk kita kaunyinna... Rik bagi sey kok sudi nginjuk cap jempolna: Okta Mursalin, Ogueed Van Sabah, Marwiah Santoso, Muhammad Syarifuddin, Masnun Aries Syarif, Dedi Conaico Hagana, Alwi Ab, Pahrul N' Pasai, Nasir Maranai Shabah, Dien Sahoda, Apriansyach Taufik, Syamsul Bahrin Pulgem, Rini Melisa Putri. Terima kasih sabalak-balakna... Payu jama-jama kita jago warisan sejarah, budaya rik adat kita, dang sampai lobon ditelan zaman, dang sampai lekang jak ingo'an keturunan... Salam Hormat dan salam sekolpah jak Sikindua Pulau Gemantung. Lemi Normawati (June 22 at 7:05 pm) terus bagikan informasi tuk kita kaunyin,mari pandai di asal muasal dan bangga lahir di daerah komring. Pulau Gemantung (June 23 at 2:57 pm) Yu terima kasih atas support-na... insya Allah Sikinduwa rik beberapa admin FB Pulgem barihna terus & terus menggali informasi rik kekayaan budaya tiuh kita. Tapi aman sekirana Kolpah kaunyin wat hikayat, cerita, informasi, bahasan, gurauan..., ataupun apia asak wat hubunganna rik tiuh kita, hingan sharing (bagi-bagi) dija... Thx... ^_^ Diposkan oleh Pulau Gemantung di 07:37 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 3 komentar: SALIWA1 Mei 2011 01:23 bahasa kham gegoh ( sama) hinno juga menunjukko kham ji muakhi, asal ni jak sekala brak,, salam angkon jak sekindua jama liwa,, Balas prabukomering30 Maret 2012 00:48 Makka hal na yo.. man tulisan mu ku injam Balas Subhan31 Juli 2012 08:03 Nyak panuju men pendapat kitaja layon sanga suku re' batak, men kisah tan tipulau makwat. Tandipulau ho wali ja' mesir layon panglima fatahillah. Salam, ahmad subhan anak putu keturunan langsung jak tandipulau. Tanyako rek sai pandai arti "anak putu" Balas Muat yang lain... Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Assalamu'alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh. Sapa sey kirana ngarasa jak Pulau Gemantung, kok jak tinggal di Pulau Gemantung, Wat kolpah di Pulau Gemantung, Wat kenangan di Pulau Gemantung. Manjau dija, kita busatu, bugabung, busilaturahmi, untuk jama-jama ngamajuko tiuh kita. Amien... Tanggal Pira Ganta Sambutan Jak Sikindua Laman Blog ini merupakan wadah untuk menjalin silahturahim bagi siapa saja yang berasal dari Pulau Gemantung, yang dilahirkan di Pulau Gemantung, yang pernah singgah atau tinggal di Pulau Gemantung, yang pernah atau mempunyai hubungan keluarga/historical/ emosi/kenangan dengan Pulau Gemantung, silahkan bergabung disini. Bersama kita berbagi cerita atau pengalaman baik, berbagi kenangan manis masa lalu, berbagi informasi penting, berbagi kasih sayang, berbagi cinta, berbagi dokumentasi tentang seputar desa kita yang tercinta Pulau Gemantung, baik berupa artikel, narasi, foto, video silahkan di add/tag kesini, guna memajukan, menjaga dan melestarikan kearifan dan keluhuran budaya serta potensi lokal dari Pulau Gemantung yang kini mulai terlupakan untuk diperkenalkan kembali baik bagi para anggota blog ini ataupun kepada masyarakat secara luas. Laman Blog sija sa merupako wadah untuk ngajalin silaturahmi bagi sapa juga sey buasal jak Pulau Gemantung, sey dilahirko di Pulau Gemantung, sey kok jak singgah, ngaman atau tinggal di Pulau Gemantung, sey kokjak rik uwat talian kolpah/Sejarah Silsilah/ingo’an/kenangan di Pulau Gemantung, laju marida bugabung dija. Jama-jama kita bubagi cerita, bubagi kasih sayang, bubagi kanhagan (cinta), bubagi dokumentasi tentang sakaliling/sakitaran tiuh sey tersayang Pulau Gemantung, hingan berupa artikel, narasi, foto, video laju add/tag juga dija. Guna ngamajuko, jago rik ngalestariko kaholauan/kacindoan budaya serta potensi sey wat di Pulau Gemantung sey ganta kok mulai tilupako marida pandai tiperkenalko lagi di para anggota blog sija ataupun di masyarakat kaunyin. "Salam Manis Kekeluargaan/Salam Mamis Kolpah Unyin". Hormat Kami/Hormat Sikam, Sikindua Pulau Gemantung. Wassalam. (Admin) Sija Ram Foto Saya Kayuagung - Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia Lihat profil lengkapku Arsip Blog ► 2011 (1) ▼ 2010 (8) ▼ November (8) SEKILAS TENTANG PULAU GEMANTUNG DEFINISI LAMBANG PULAU GEMANTUNG SEBUAH KESALAHAN BESAR YANG MENYATAKAN BAHWA ASAL-... SEKILAS INFO JAK RAM GUK RAM - JEMBATAN DESA PULAU... PERKEMBANGAN ISLAM DI BUMI SRIWIJAYA AYO GABUNG DI BENGKULAH COMMUNITY HUBUNGAN SUKU KOMERING & LAMPUNG INFO SINGKAT: SITUS BUDAYA PULAU GEMANTUNG DIEKSPO... Masjid Jami' Usmaniyah Pulau Gemantung Sopok Dija Kalakar Dija ShoutMix chat widget Sakilas Barita Bali Bangun Pasokan Air 300 Liter per Detik Okezone GIANYAR - Pemerintah membangun instalasi pengolahan air berkapasitas 300 liter per detik guna menjamin pasokan air minum dan memenuhi kebutuhan konsumen di kawasan metropolitan yang disebut Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan ... Jumlah Orang Kaya Bertambah, Mobil Super Mewah Makin Moncer Detikcom Jakarta - Penjualan mobil supermewah di Indonesia sepanjang tahun ini diperkirakan meningkat 20-30 persen dibanding tahun lalu. Meningkatnya jumlah orang kaya di Indonesia menjadikan Indonesia pasar potensial bagi mobil itu. Produsen mobil dari ... Detik-detik kecelakaan di GP F1 Belgia 2012 merdeka.com Akibat insiden ini Romain Grosjean dijatuhi hukuman skorsing di Formula 1 GP Italia akhir pekan ini. Tidak hanya itu pembalap Lotus ini juga didenda sebanyak 50.000 euro atau sekitar Rp 602 juta. Berikut video detik-detik menegangkan kecelakaan awal ... Artikel Terkait » Menteri Agama: Saya Tak Pernah Katakan Syiah Sesat Detikcom Jakarta Kerusuhan di Sampang menyebabkan satu orang tewas, beberapa orang luka, dan puluhan rumah terbakar. Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan, kasus Sampang bermula dari pertikaian dalam keluarga. Berikut wawancara Monique ... didukung oleh Daftar Tautan Peradaban Bangsa Sriwijaya Pulau Gemantung (Facebook) Melayu Online Puskesmas Pengarayan Metro TV News Vivanews tvOne Detik Apriansyach توفيق Facebook Pulau Gemantung Pulau Gemantung Create Your Badge Template Awesome Inc.. Diberdayakan ole

No comments:

Post a Comment