Friday 10 August 2012

lagu lampung KILU BABANG.wmv

semangat dan motivasi

Jhony Yan Rabu jangan pernah kau merasa tidak dicintai dan berfikir sedirian,karena semakin kau hayati dan nikmati maka kau kan terbenam dalam keterasingan dan krisis percaya diri.namun yakinkanlah dirimu dengan berbuat hal hal nyata yang kan membuatmu takjub bahwa dunia kecil dan sempitmu adalah produk dari fikiran,sudut pandang dan pradigma yang kau batasi semata.bangkitlah kawan bukalah cakrawala berfikirmu,luaskanlah sudut pandangmu dengan berharap memberi lebih dari hanya sekedar.keep your smile because you can become the person you want to be Batal Suka · · Bagikan Anda, Ediyanwar Rizwar dan 2 lainnya menyukai ini. Tulis komentar...

Lagu Lampung(lampungsong) "Sai Lagi" Nuridosia

Sungkan Pujama-Hila Hambala,lampungsong/lagu lampung

Lagu Lampung(lampungsong) "Pilihanku" Hila Hambala

lagu lampung"peting tunggal"(lampung song)

lagu lampung seputih way abung(lampung song)

Wednesday 8 August 2012

IMMEL (Ikatan Muli Mekhanai Lampung) - Indonesia Kaya "THE AMAZING OF KR...

Once Upon A Time in Krui Left

TOPIK ANTV Surfing Krui, Selancar Sepetak Surga di Lampung Barat

RANAU LUMBOK LAMPUNG BARAT SEG.1

Begawi Adat Lampung Part 1.flv

TANJUNG SETIA LAMPUNG BARAT

Lampung Language Film

Wisata Gajah Lampung

Lampung Tourism

Wisata Lampung(lampung travel and tourism)

lagu lampung(lampungsong)''keliling dunia''

Anggopanku (Lampung song) by Hila Hambala

Lagu Lampung Terbaru(lampungsong)

Lagu Lampung (lampungsong) - " Kumbangni Makhga " - ( Duet )

Opek Posaian,lagu marga kayu agung part of lampung etnhnic in south sumatera,indonesia

nyak komeri niku komering.......komoring is path of ethnic lampung in south sumatera,indonesia.....

Lagu di unggak ijan(komeringsong ,komoring is part of etnhnic lampung in south sumatera,indonesia)

komeringsong,komering is pat of ethnic lampung in south sumatra,,OmBai AKaS

lagu Komering''komoring song''part of lampung ethnic (niku dang miwang)-

lagu lampung(lampungsong) litak litung

Lagu daerah lampung(lampungsong) "Lambang lampung"

lagu lampung(ethnic lampungsong)Tanoh Lado

lagu lampung,lampung song SANG BUMI RUWAI JURAI

lagu lampun,lampungsong.ANDAHMU

Tuesday 7 August 2012

suku Ranau suku lampung sumatera selatan

Simpang Sender, Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, Ogan Komering Ulu Selatan Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Simpang Sender — Kelurahan — Negara Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah Luas - Penduduk 7.000 Kepadatan - Simpang Sender adalah nama sebuah kelurahan di kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, Indonesia. Desa ini memiliki komposisi etnis yang heterogen mulai dari penduduk pribumi yaitu suku Ranau, Ogan, Komering ,Sumendo dan pendatang yaitu suku Jawa, Sunda, Minangkabau dan Tionghoa. Bahasa yang umum dipakai di desa Simpang Sender adalah bahasa Palembang. Di kelurahan ini terdapat sebuah pondok pesantren. Kelurahan ini merupakan pusat perjuangan para pejuang dalam mengusir penjajah, di desa ini terdapat sebuah tugu peringatan untuk mengingat perjuangan para pejuang kemerdekaan di desa tersebut.

Kepaksian Sekala Brak Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Sekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang mengalami era Hindu Budha atau era Keratuan dan era Islam atau era Kesultanan. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini. Daftar isi 1 Sekala Brak, Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung 2 Pendapat Sejarawan dan Catatan Tentang Sekala Brak 3 Berdirinya Kepaksian Sekala Brak 4 Silsilah Paksi Pak Sekala Brak 5 Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak 6 Ketetapan Adat Tentang Pepadun dan Hirarki Adat dalam Kepaksian 7 Pembagian Wilayah Lampung Berdasarkan Way 8 Aksara, Bahasa dan Dialek Lampung 9 Falsafah dan Pedoman Hidup Ulun Lampung 10 Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi 10.1 Sumber 10.2 Pranala luar 10.3 Lihat pula Sekala Brak, Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu way komering, way kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan way tulang bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten. Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang berarti berasal dari ketinggian (Diandra Natakembahang:2005) ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung. Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu: Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Kuno) Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau) Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya) Pendapat Sejarawan dan Catatan Tentang Sekala Brak Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung. Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.." Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako" Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung (pada abad 15), Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa". Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama. Hal di atas membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa dan Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa. Riwayat leluhur Bangsa Lampung/Sekala Brak dapatditelusuri melalui warahan (cerita turun temurun),tambo (catatan pada kulit kayu),maupun hahiwang (puisi/syair adat). Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung Pesagi,tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi. Kerajaan Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. O. W. Wolters dari Cornell University, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap ke arah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar. Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang ditemukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju ke arah utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003). Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi. Berdirinya Kepaksian Sekala Brak Diriwayatkan di dalam Tambo bahwa para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak adalah berasal dari Pagaruyung. Sebagaimana Mataram, Kutai dan Pagaruyung, Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak masing masing adalah: Umpu Bejalan Di Way Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Bejalan Diway memerintah dan dimakamkan di Puncak, Sukarami Liwa Umpu Belunguh Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Belunguh memerintah di Barnasi, Belalau Umpu Nyerupa. Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Nyerupa memerintah di Tampak Siring, Sukau Umpu Pernong. Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Pernong memerintah di Henibung, Batu Brak Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Sekala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat. Kedatangan para Umpu Pendiri Paksi ini tidaklah bersamaan, berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa menyebarnya Agama Islam dan pembaharuan Adat dilakukan setelah kedatangan Umpu Belunguh ke Sekala Brak yang memerangi Sekerumong dan akhirnya dimenangkan oleh perserikatan Paksi Pak sehingga dimulailah era Kesultanan Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang. Raja terakhir dari Buway Tumi Sekala Brak adalah Kekuk Suik sebagai anak laki-laki dari Ratu Sekeghumong dengan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Pesisir Selatan Krui -Tanjung Cina. Dataran Sekala Brak akhirnya dikuasai oleh keempat Paksi yang disertai Si Bulan, Maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Paksi dengan menggunakan nama Paksi Pak Sekala Brak. Inilah cikal bakal Kepaksian Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung. Kepaksian Sekala Brak mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuwayan yaitu: Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju ke arah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan. Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya. Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung. Ada dua makna di dalam mengartikan kata Pepadun, yaitu: Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk di atasnya adalah Raja. Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk di atasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan. Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Manakala salah seorang dari keempat Umpu dan keturunannya memerlukan Pepadun tersebut untuk menobatkan salah satu keturunannya maka Pepadun itu dapat diambil atau dipinjam yang setelah digunakan harus dikembalikan. Adanya bendahara yang dipercayakan kepada Benyata semata mata untuk menghindari perebutan atau perselisihan di antara keturunan keturunan Paksi Pak Sekala Brak dikemudian hari. Pada Tahun 1939 terjadi perselisihan di antara keturunan Benyata memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepadun. Maka atas keputusan kerapatan adat dengan persetujuan Paksi Pak Sekala Brak dan Keresidenan, Pepadun tersebut disimpan dirumah keturunan yang lurus dari Umpu Belunguh hingga sekarang. Silsilah Paksi Pak Sekala Brak Silsilah Paksi Bejalan Di Way : 1. Ratoe Bejalan Di Way 2. Ratoe Tunggal 3. Kun Tunggal Simbang Negara 4. Ratoe Mengkuda Pahawang 5. Puyang Rakian 6. Puyang Raja Paksi 7. Dalom Sangun Raja 8. Raja Junjungan 9. Ratoe Mejengau 10. Pangeran Siralaga 11. Dalom Suluh Iroeng 12. Pangeran Nata Marga 13. Pangeran Raja Di Lampoeng 14. Pangeran Jaya Kesuma I 15. Pangeran Pakoe Alam 16. Pangeran Puspa Negara 17. Pangeran Jaya Kesuma II 18. Ratoe Kemala Jagat 19. Suntan Jaya Kesuma III 20. Suntan Jaya Kesuma IV Silsilah Paksi Nyerupa : 1. Ratoe Nyeroepa 2. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 3. Tjerana Adoq Dalom Piekoeloen 4. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 5. Tjerana Adoq Dalom Piekoeloen 6. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 7. Melawan Adoq Pangeran Piekoeloen 8. Si Rasan Adoq Piekoeloen Ratoe Di Lampoeng 9. Melawan Batin Joenjoengan Adoq Piekoeloen Ratoe Di Lampoeng 10. Si Rasan Adoq Dalom Poerba Jagat Piekoeloen 11. Si Gadjah Adoq Dalom Ratoe Piekoeloen 12. Tjerana Adoq Ratoe Piekoeloen 13. Si Gadjah Batin Mengunang Adoq Piekoeloen Bala Seriboe 14. Si Pokok Adoq Dalom Piekoeloen 15. Si Gadjah Adoq Batin Piekoeloen 16. Merah Hakim Adoq Suntan Ali Akbar 17. Merah Hasan Adoq Suntan Ratoe Piekoeloen 18. Merah Hadis Adoq Dalom Baginda Raja 19. Syaifullah Hakim Adoq Suntan Akbarsyah 20. Salman Marga Alam Adoq Ratoe Piekoeloen Djayadiningrat 21. Dwi Tjakrawati Adoq Ratoe Piekoeloen Permata Alam Silsilah Paksi Belunguh: 1. Oempoe Beloengoeh 2. Oempoe Siak 3. Oempoe Depati Djoendjoengan Sakti 4. Raja Keraton Batin 5. Pangeran Bala Seribu I 6. Dalom Permata Jagat 7. Pangeran Bala seribu II 8. Pangeran Pulun I 9. Pangeran Bala Seribu III 10. Pangeran Djaja Di Lampoeng I 11. Pangeran Bala Seriboe IV 12. Batin Dengian 13. Pangeran Djaja Di Lampoeng II 14. Suttan Ratoe Pikoeloen 15. Pangeran Permata Jagat II 16. Pangeran Djoendjoengan Sakti II Silsilah Paksi Pernong: 1. Ratoe Pernong 2. Oempoe Semula Jadi 3. Oempoe Semula Raja 4. Raja Selalau Sangoen Guru 5. Oempoe Depati Nyalawati 6. Ratu Depati Raja Sutan 7. Raja Dunia 8. Batin Sasuhunan 9. Oempoe Batin Ratu 10. Raja Dunia Muda 11. Pangeran Singa Diraja 12. Pangeran Poerba 13. Pangeran Alip Jaya 14. Pangeran Batin Sekehandak 15. Pangeran Batin Pasirah Purbajaya 16. Pangeran Sempurna Jaya 17. Sutan Makmur Dalom Nata Diraja 18. Sutan Lela Muda 19. Sultan Sempurna Jaya 20. Sutan Raja Selalau Dengian Paksi Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak Seperti yang telah diuraikan sebelumnya semua suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang, dan Pantai Banten berpengakuan berasal dari Sekala Brak. Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting di dalam sejarah seperti: Ketika suku bangsa Tumi yang mendiami Sekala Brak terusir dan Skala Brak jatuh ketangan Paksi Pak Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain. Perselisihan dan silang sengketa dikalangan keluarga yang mengakibatkan satu fihak meninggalkan Sekala Brak untuk mencari penghidupan ditempat lain. Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru. Adanya hubungan yang erat antara Kesultanan Banten dan Kebuayan Belunguh -Kenali, dimana dengan sengaja ditinggalkan disepanjang jalan beberapa orang suami istri untuk meluaskan daerah dan memudahkan perjalanan pulang pergi ke Banten. Sehingga berabad kemudian ditempat itu berdiri Pekon Pekon bahkan banyak yang sudah menjadi Marga. Hubungan inilah yang merupakan asal dari Cikoneng Pak Pekon di Pantai Banten. Perpindahan juga terjadi disebabkan peraturan adat yang mengikat yang menetapkan semua hak hak adat jatuh atau diwarisi oleh Putera Tertua, sehingga anak anak yang muda dipastikan tidak sepenuhnya memiliki hak apalagi kedudukan tertentu di dalam adat. Dengan cara memilih untuk pindah kedaerah yang baru maka dapat dipastikan mereka memiliki kedudukan dan tingkatan di dalam adat yang mereka bentuk sendiri ditempat yang baru. Perpindahan penduduk dari Sekala Brak ini sebagian mengikuti aliran Way Komring yang dikepalai oleh Pangeran Tongkok Podang, untuk seterusnya beranak pinak dan mendirikan Pekon atau Negeri. Kesatuan dari Pekon Pekon ini kemudian menjadi Marga Atau Buay yang diperintah oleh seorang Raja atau Saibatin di daerah Komring –Palembang. Sebagian kelompok lagi pergi ke arah Muara Dua, kemudian menuju keselatan menyusuri aliran Way Umpu hingga sampai di Bumi Agung. Kelompok ini terus berkembang dan kemudian dikenal dengan Lampung Daya atau Lampung Komring yang menempati daerah Marta Pura dan Muara Dua di Komring Ulu, serta daerah Kayu Agung dan Tanjung Raja atau Komring Ilir. Kelompok yang lain yang dipimpin oleh Puyang Rakian dan Puyang Nayan Sakti menuju ke Pesisir Krui dan menempati Pesisir Krui mulai dari Bandar Agung di selatan pesisir hingga Pugung Tampak dan Pulau Pisang di utara. Kelompok yang dipimpin oleh Puyang Naga Berisang dan Ratu Piekulun Siba menyusuri Way Kanan menuju ke Pakuan Ratu, Blambangan Umpu dan Sungkai Bunga Mayang di barat laut Lampung untuk meneruskan jurai dan keturunannya hingga meliputi sebagian utara dataran Lampung. Adipati Raja Ngandum memimpin kelompok yang menuju ke Pesisir Selatan Lampung Mengikuti aliran Way Semangka hingga kehilirnnya di Kubang Brak. Dari Kubang Brak sebagian rombongan ini terus menuju ke arah Kota Agung, Talang Padang, Way Lima hingga ke selatan Lampung di Teluk Betung, Kalianda dan Labuhan Maringgai. Daerah Pantai Banten yang merupakan daerah Cikoneng Pak Pekon adalah wilayah yang diberikan sebagai hadiah kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kenali -Buay Belunguh setelah menumpas kerusuhan yang diakibatkan oleh Si Buyuh. Sebagian lagi yang dikepalai oleh Menang Pemuka yang bergelar Ratu Di Puncak menyusuri sepanjang Way Rarem, Way Tulang Bawang dan Way Sekampung. Menang Pemuka atau Ratu Di Puncak memiliki tiga orang istri, istri yang pertama. berputera Nunyai, dari istri kedua memiliki dua orang anak yaitu seorang putera yang diberi nama Unyi dan seorang puteri yang bernama Nuban, sedangkan dari istri ketiga yang berasal dari Minangkabau memiliki seorang putera yang bernama Bettan Subing. Jurai Ratu Di Puncak inilah yang menurunkan orang Abung. Sedangkan Tulang Bawang adalah keturunan dari Indarwati yang Bergelar Putri Si Buay Bulan yang pada awalnya bertahta di Cenggiring Sekala Brak. Ketetapan Adat Tentang Pepadun dan Hirarki Adat dalam Kepaksian Seperti telah diterangkan terdahulu Pepadun dibuat dari Belasa Kepampang yang dibuat sedemikian rupa menjadi singgasana tempat bertahtanya Raja yang dinobatkan di Paksi Pak Sekala Brak. Ketetapan adat bahwa hanya keturunan yang lurus dan tersulung dari Paksi Pak Sekala Brak yang berhak untuk dapat duduk di atas Pepadun itu dalam gawi penobatan Raja sebagai Saibatin. Dengan demikian adat Pepadun seperti yang terdapat di daerah Lampung lainnya tidak seperti daerah asalnya di Sekala Brak. Pertimbangan untuk menaikkan atau menurunkan pangkat adat seseorang dilakukan dalam permufakatan sidang adat dengan memperhatikan kesetiaan seseorang kepada garis dan aturan adat dinilai telah memenuhi syarat dan mematuhi garis, ketentuan dan aturan adat, untuk seterusnya keturunannya dapat dipertimbangkan untuk dinaikkan setingkat pangkat adatnya. Namun jika yang terjadi sebaliknya kemungkinan untuk keturunannya pangkat adat itu tetap atau bahkan diturunkan. Pertimbangan yang kedua untuk menaikkan pangkat adat seseorang adalah dengan melihat jumlah bawahan dari seseorang yang akan dinaikkan pangkat adatnya. Seseorang yang yang menyandang pangkat adat atau Gelaran yang disebut ADOK harus memiliki bawahan yang berbanding dengan kedudukan pangkat adatnya. Tingkatan tertinggi dalam adat adalah Saibatin Suntan. Untuk dapat mencapai Gelaran atau Adok dan kedudukan atau pangkat adat ditentukan oleh berapa banyak bawahan atau pengikut dari seseorang. Hirarki Adat dalam Kepaksian Sekala Brak dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah: Suntan Raja Batin Radin Minak Kemas Mas Petutughan atau panggilan dalam Masyarakat Adat Lampung adalah berdasarkan hirarki seseorang di dalam adat. Untuk panggilan kakak adalah Pun dan Ghatu untuk Suntan, Atin untuk Raja, Udo Dang dan Cik Wo untuk Batin, Udo dan Wo untuk Radin, Udo Ngah dan Cik Ngah untuk Minak, Abang dan Ngah untuk Mas serta kakak untuk Kemas. Sedangkan panggilan untuk orang tua adalah Akan dan Ina Dalom untuk Suntan, Aki dan Ina Batin untuk Raja, Ayah dan Ina Batin untuk Batin sedangkan untuk Radin, Mas dan Kimas menggunakan panggilan Mak dan Bak. Panggilan kepada setingkat panggilan orang tua seperti paman dan bibi adalah; Pak Dalom dan Ina Dalom untuk Suntan, Pak Batin dan Ina Batin untuk Raja, Tuan Tengah- dan Cik Tengah untuk Batin, Pak Balak dan Ina Balak untuk Radin, Pak Ngah dan Mak Ngah untuk Minak, Pak Lunik dan Ina Lunik untuk Mas serta Pak Cik dan Mak Cik untuk Kemas. Panggilan untuk kakek-nenek adalah Tamong Dalom dan Kajong Dalom untuk setingkat Suntan, Tamong Batin dan Kajong Batin untuk setingkat Raja dan Batin sedangkan untuk Radin, Minak, Mas dan Kemas menggunakan panggilan Tamong dan Kajong saja. Gelaran atau Adok -DALOM, SUNTAN, RAJA, RATU, panggilan seperti PUN dan SAIBATIN serta nama LAMBAN GEDUNG hanya diperuntukkan bagi Saibatin dan keluarganya dan dilarang dipakai oleh orang lain. Dalam garis dan peraturan adat tidak terdapat kemungkinan untuk membeli Pangkat Adat, baik dengan Cakak Pepadun atau dengan cara cara lainnya terutama di dataran Skala Brak sebagai warisan resmi dari kerajaan Paksi Pak Sekala Brak. Tentang kepangkatan seseorang dalam adat tidaklah dapat dinilai dari materi dan kekuatan yang dapat menaikkan kedudukan seseorang di dalam lingkungan adat, melainkan ditentukan oleh asal, akhlak dan banyaknya pengikut seseorang dalam lingkungan adat. Bilamana ketiganya terpenuhi maka kedudukan seseorang di dalam adat tidak perlu dibeli dengan harta benda atau diminta dan akan dianugerahkan dengan sendirinya. Kesempatan untuk menaikkan kedudukan seseorang di dalam adat dapat pula dilaksanakan pada acara Nayuh atau Pernikahan, Khitanan dan lain lain. Pengumuman untuk Kenaikan Pangkat ini, dilaksanakan dengan upacara yang lazim menurut adat di antara khalayak dengan penuh khidmat diiringi alunan bunyi Canang disertai bahasa Perwatin yang halus dan memiliki arti yang dalam. Bahasa Perwatin adalah ragam bahasa yang teratur, tersusun yang berkaitan dengan indah dan senantiasa memiliki makna yang anggun, ragam bahasa ini lazim digunakan dilingkungan adat dan terhadap orang yang dituakan atau dihormati. Sedangkan Bahasa Merwatin adalah ragam bahasa pasaran yang biasa digunakan sehari hari yang dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh bahasa bahasa lain. Prosesi kenaikan seseorang di dalam adat dihadiri oleh Saibatin Suntan atau Perwakilan yang ditunjuk beserta para Saibatin dan Pembesar lainnya. Dari rangkaian kata kata dalam bentuk syair dapat disimak ungkapan “Canang Sai Pungguk Ghayu Ya Mibogh Di Dunia Sapa Ngeliak Ya Nigham Sapa Nengis Ya Hila” Terjemahannya bebasnya bermakna “Bunyi Gong Laksana Suara Pungguk Yang Syahdu Merayu, Gemanya Terdengar Keseluruh Dunia, Siapa Yang Melihat Ia Terkesima Dan Rindu, Siapa Yang Mendengarnya Ia Akan Terharu”. Ini bermakna bahwa pengumuman kenaikan kedudukan seseorang di dalam adat telah diumumkan secara resmi. Tentang adanya penggunaan Pepadun di daerah Lampung lainnya dimana kedudukan di dalam adat itu dapat dibeli atau menaikkan kedudukan di dalam adat dengan mengadakan Bimbang Besar. Cakak Pepadun di wilayah ini dapat dianalisa awal pelaksanaannya sebagai berikut –Warga Negeri yang memiliki hubungan genealogis dari salah satu Paksi Pak Sekala Brak dan beberapa kelompok pendatang dari daerah lain yang menempati wilayah yang baru ini tentu jauh dari pengaruh Saibatin serta Garis, Peraturan, dan Ketentuan adat yang berlaku dan mengikat. Ditempat yang baru ini tentu dengan sendirinya harus ada Pemimpin dan Panutan yang ditaati oleh kelompok kelompok ditempat baru itu untuk membentuk suatu komunitas baru dan orang yang dipilih sebagai Pimpinan Komunitas ini dipastikan orang yang meiliki kekayaan dan kekuatan untuk dapat melindungi komunitasnya. Karenanya pada daerah Lampung tertentu dapat saja seseorang yang tidak memiliki trah bangsawan mengangkat dirinya menjadi pemimpin atau kepala adat dengan kompensasi tertentu. Cara cara pengangkatan diri ini mengambil contoh penobatan Saibatin Raja dari daerah asalnya Paksi Pak Sekala Brak, pada masa berikutnya peristiwa Cakak Pepadun telah menjadi kebiasaan dan diteruskan sampai sekarang. Di wilayah baru ini rupanya tidak ada larangan tentang Pangkat Adat dengan melihat kenyataan yang ada bahwa Gelaran Gelaran atau Adok yang Sakral dan dipegang teguh di Paksi Pak Sekala Brak ternyata bahkan menjadi suatu gelaran umum di daerah ini. Setelah soal naik Pepadun dengan tidak ada dasar ini menjadi suatu perlombaan yang hebat dikalangan khalayak, kesempatan ini digunakan oleh pasa penyimbang untuk mencari kekayaan dan setelah itu meningkat sedemikian rupa hingga mendatangkan kerugian yang besar bagi khalayak di dalam mengadakan Bimbang Besar. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda dengan memfasilitasi tindakan tindakan ke arah ini. Pada zaman imperialis hal ini dimanfaatkan oleh kaum imperialis dengan memecah belah Bangsa Lampung sehingga perbedaan yang ada digunakan sebagai umpan untuk memperuncing pertentangan di antara Bangsa Lampung sendiri terutama di dalam Adat. Belanda menggantikan kedudukan Raja dengan kedudukan sebagai Pesirah. Bentuk pemerintahan yang tadinya dijalankan dalam tatanan kemurnian dan keluhuran Adat perlahan diarahkan untuk mengikuti kepentingan Belanda. Pembagian Wilayah Lampung Berdasarkan Way Masyarakat Lampung hidup teratur dengan berpegang kepada norma dan adat perniti baik yang tertulis dalam huruf Lampung Kuno maupun secara lisan secara turun temurun. Kehidupan kemasyarakatan diatur dengan sistem kekerabatan yang bersifat Genealogis Patrilineal dimana pemerintahan dilakukan secara adat terutama yang mengatur sistem mata pencaharian hidup, sistem kekerabatan, kehidupan sosial dan budaya. Secara Harfiah Buway (Bu-Way) berarti pemilik air atau pemilik daerah kekuasaan berdasarkan daerah aliran air atau sungai (Diandra Natakembahang:2005). Pembagian daerah dan wilayah berdasarkan sungai sungai atau way yang ada di Lampung sehingga menjadi beberapa Marga Atau Buway, pembagian ini dimaksudkan agar tidak terjadi perselisihan antar marga atau kebuayan. Pembagian wilayah ini diatur oleh Umpu Bejalan Di Way. A. Wilayah Kekuasaan Kepaksian inti Paksi Pak Sekala Brak: Way Selalau Way Belunguh Way Kenali Way Kamal Way Kandang Besi Way Semuong Way Sukau Way Ranau Way Liwa Way Krui Way Semaka Way Tutung Way Jelai Way Benawang Way Ngarip Way Wonosobo Way Ilahan Way Kawor Gading Way Haru Way Tanjung Kejang Way Tanjung Setia B. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Melinting: Way Meringgai Way Kalianda Way Harong Way Palas Way Jabung Way Tulung Pasik Way Jepara Way Kambas Way Ketapang Way Limau Way Badak Way Pertiwi Way Putih Doh Way Kedondong Way Bandar Pasir Way Punduh Way Pidada Way Batu Regak Way Berak Way Kelumbayan Way Peniangan C. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Pubiyan Telu Suku: Way Pubiyan Way Tebu Way Ratai Way Seputih Way Balau Way Penindingan Way Semah Way Salak Berak Way Kupang Teba Way Bulok Way Latayan Way Waya Way Samang Way Layap Way Pengubuan Way Sungi Sengok Way Peraduan Way Batu Betangkup Way Selom Way Heni. Way Naningan D. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Sungkay Bunga Mayang: Way Sungkay Way Malinai Way Tapus Way Tapus Way Ulok Buntok Way Tapal Badak Way Kujau Way Surang Way Kistang Way Raman Gunung Way Rantau Tijang Way Tulung Selasih Way Tulung Biuk Way Tulung Maus Way Tulung Cercah Way Tulung Hinduk Way Tulung Mengundang Way Kubu Hitu Way Pengacaran Way Cercah Way Pematang Hening E. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Buay Lima Way Kanan: Way Umpu Way Besay Way Jelabat Way Sunsang Way Putih Kanan Way Pengubuan Kanan Way Giham Way Petay Way Hitam Way Dingin Way Napalan Way Gilas Way Bujuk Way Tuba Way Baru Way Tenong Way Kistang Way Panting Kelikik Way Kabau Way Kelom Way Peti F. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Abung Siwo Mego: Way Abung Way Melan Way Sesau Way Kunyaian Way Sabu Way Kulur Way Kumpa Way Bangik Way Babak Way Tulung Balak Way Galing Way Cepus Way Muara Toping Way Terusan Nunyai Way Pematang Hening Way Banyu Urip Way Candi Sungi Way Tulung Biuk Way Tulung Pius Way Umban Way Guring G. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Mego Pak Tulang Bawang: Way Rarem Way Gedong Aji Way Penumangan Way Panaragan Way Kibang Way Ujung Gunung Way Nunyik Way Lebuh Dalom Way Gunung Tukang Way Pagar Dewa Way Rawa Panjang Way Rawa Cokor Way Tulung Belida Way Karta Way Gunung Katun Way Malai Way Krisi H. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Komering: Way Komering Beserta anak sungainya Aksara, Bahasa dan Dialek Lampung Artikel Selengkap di Bahasa Lampung Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Had Lampung diciptakan oleh Para Saibatin di Paksi Pak Sekala Brak pada awal Abad Ke 9. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan Aksara Rencong Aceh, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api, yang dipertuturkan oleh sebagian besar Etnis Lampung yang masih memegang teguh Garis Adat dan Aturan Saibatin dan Dialek Nyow, yang dipertuturkan oleh orang Abung dan Tulang Bawang yang mengenal kenaikan Pangkat Adat dengan Kompensasi Tertentu yang berkembang setelah Seba yang dilakukan oleh Orang Abung ke Banten. A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Belalau dengan tambahan spesifikasi Logat Kembahang dan Logat Sukau, Dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung dan Kecamatan Way Jepara. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan. B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji. Falsafah dan Pedoman Hidup Ulun Lampung Tandani Ulun Lampung Wat Piil-Pusanggiri Mulia Hina Sehitung Wat Liom Rega Diri Juluk-Adok Ram Pegung, Nemui-Nyimah Muari Nengah-Nyampur Mak Ngungkung, Sakai-Sambayan Gawi. Falsafah Hidup Ulun Lampung tersebut diilustrasikan dengan lima bunga penghias Sigor pada lambang Propinsi Lampung. Menurut kitab Kuntara Raja Niti, Ulun Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup: Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri), Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya), Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu), Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Tujuh Pedoman Hidup Ulun Lampung: Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok. Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi Bangsa Lampung memiliki ragam kesenian yang kaya akan keragaman, keindahan dan keanggunan budaya. Tarian yang dibawakan oleh Muli Meghanai Lampung memiliki ciri khas gerak serta langgam tersendiri. Tarian klasik yang diselenggarakan pada saat upacara kerajaan adalah suatu bentuk tarian yang dikenal dengan nama Tarakot Kataki atau Lalayang Kasiwan yang masing masing diperagakan oleh dua belas Meghanai secara bersama sama sebagian memegang kipas dan sebagian lagi tidak memegang kipas. Ragam tarian lain adalah Tari Tanggai yang ditampilkan oleh satu, dua, atau empat orang Muli yang masing masing memegang kipas. Didalam membawakan Tari Tanggai para Muli ini menggunakan aksesoris berupa kuku kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para penari. Tari tersebut diiringi oleh irama Gamulan/Kulintang dengan ditingkahi para Meghanai yang membawakan bait tertentu yang dinamakan Ngadidang. Dalam sepuluh hari di dalam bulan Syawal diadakan Sekuraan yaitu Festival Topeng yang diselenggarakan sebagai ungkapan suka cita setelah sebulan penuh berpuasa dan mendapatkan Hari Kemenangan. Sekuraan ini diadakan dibeberapa Pekon di Sekala Brak dengan berbagai suguhan Kesenian seperti Silek, Muwayak, Hadra, dan Nyambai oleh para Sekura. Ada dua tipe Sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan dan kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan Ketamakan dan Keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan kostum yang indah dan bagus seperti bawahan yang mengenakan kain yang bermotifkan Tapis dan atasan yang mengenakan Kain Panjang, sedangkan Sekura Kamak mengenakan Topeng yang menyeramkan dan kostum yang kebanyakan berwarna hitam hitam. Setiap sehari sebelum Idul Fitri dan Idul Adha ada tradisi Ngelemang pada Paksi Paksi di Sekala Brak terutama di Paksi Buay Bejalan Di Way, ada beberapa jenis Lemang seperti Lemang Siwok yang terbuat dari ketan, Lemang Bungking yang terbuat dari ketan–pisang, dan Lemang Ceghughut yang terbuat dari ketan–gula merah. Tradisi ini sebenarnya adalah tradisi lanjutan seperti yang berlaku di daerah Minangkabau. Bangsa Lampung dikenal memiliki kain tenun yang indah dan anggun yang dikenal dengan Kain Tapis. Tapis adalah kain yang agung dan sakral yang pada mulanya hanya dikenakan oleh Para Saibatin dan keluarganya saja terutama dikenakan dalam Gawi dan Upacara adat. Namun dalam perkembangannya Kain Tapis telah diproduksi secara massal sehingga setiap khalayak dapat berkesempatan untuk memiliki dan mengenakannya. Saat ini Kain Tapis telah dikomersialkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan telah melanglangbuana hingga ke mancanegara. Kini Kain Tapis telah mengalami perkembangannya hingga semakin variatif dengan berbagai macam bentuk dan telah merambah dunia fasion seperti pakaian dan aksesoris aksesoris yang bermotifkan Tapis. Sumber Diandra Natakembahang adoq Batin Budaya Poerba Lamban Bandung, Negeri Ratu Kembahang Paksi Bejalan Diway, Paksi Pak Sekala Brak Lampung Drs Irfan Anshory adoq Batin Kesuma Ningrat Penyimbang Sukabanjar Marga Gunung Alip, Keratuan Semaka Lampung Pranala luar (Indonesia) Sejarah Kerajaan Sekala Brak (Indonesia) Kerajaan Skala Brak Lihat pula Suku Lampung Di -> http://www.kunjer.com/search/label/Lampung Suku Aneuk Jamee Negeri Sembilan Pagaruyung Silat Minangkabau Indo-sejarah.png Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Kategori: Kerajaan di Nusantara Kerajaan di Lampung Kepaksian Sekala Brak Buat akun baru Masuk log Halaman Pembicaraan Baca Sunting Versi terdahulu Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang Komunitas Warung Kopi Portal komunitas Bantuan Wikipedia Cetak/ekspor Peralatan Halaman ini terakhir diubah pada 07.20, 6 Agustus 2012.

Kepaksian Sekala Brak Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Sekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang mengalami era Hindu Budha atau era Keratuan dan era Islam atau era Kesultanan. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini. Daftar isi 1 Sekala Brak, Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung 2 Pendapat Sejarawan dan Catatan Tentang Sekala Brak 3 Berdirinya Kepaksian Sekala Brak 4 Silsilah Paksi Pak Sekala Brak 5 Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak 6 Ketetapan Adat Tentang Pepadun dan Hirarki Adat dalam Kepaksian 7 Pembagian Wilayah Lampung Berdasarkan Way 8 Aksara, Bahasa dan Dialek Lampung 9 Falsafah dan Pedoman Hidup Ulun Lampung 10 Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi 10.1 Sumber 10.2 Pranala luar 10.3 Lihat pula Sekala Brak, Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu way komering, way kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan way tulang bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten. Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang berarti berasal dari ketinggian (Diandra Natakembahang:2005) ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung. Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu: Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Kuno) Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau) Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya) Pendapat Sejarawan dan Catatan Tentang Sekala Brak Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung. Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.." Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako" Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung (pada abad 15), Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa". Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama. Hal di atas membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa dan Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa. Riwayat leluhur Bangsa Lampung/Sekala Brak dapatditelusuri melalui warahan (cerita turun temurun),tambo (catatan pada kulit kayu),maupun hahiwang (puisi/syair adat). Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung Pesagi,tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi. Kerajaan Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. O. W. Wolters dari Cornell University, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap ke arah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar. Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang ditemukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju ke arah utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003). Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi. Berdirinya Kepaksian Sekala Brak Diriwayatkan di dalam Tambo bahwa para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak adalah berasal dari Pagaruyung. Sebagaimana Mataram, Kutai dan Pagaruyung, Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak masing masing adalah: Umpu Bejalan Di Way Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Bejalan Diway memerintah dan dimakamkan di Puncak, Sukarami Liwa Umpu Belunguh Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Belunguh memerintah di Barnasi, Belalau Umpu Nyerupa. Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Nyerupa memerintah di Tampak Siring, Sukau Umpu Pernong. Beliau adalah Pendiri Paksi Buay Pernong memerintah di Henibung, Batu Brak Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Sekala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat. Kedatangan para Umpu Pendiri Paksi ini tidaklah bersamaan, berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa menyebarnya Agama Islam dan pembaharuan Adat dilakukan setelah kedatangan Umpu Belunguh ke Sekala Brak yang memerangi Sekerumong dan akhirnya dimenangkan oleh perserikatan Paksi Pak sehingga dimulailah era Kesultanan Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang. Raja terakhir dari Buway Tumi Sekala Brak adalah Kekuk Suik sebagai anak laki-laki dari Ratu Sekeghumong dengan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Pesisir Selatan Krui -Tanjung Cina. Dataran Sekala Brak akhirnya dikuasai oleh keempat Paksi yang disertai Si Bulan, Maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Paksi dengan menggunakan nama Paksi Pak Sekala Brak. Inilah cikal bakal Kepaksian Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung. Kepaksian Sekala Brak mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuwayan yaitu: Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju ke arah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan. Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya. Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung. Ada dua makna di dalam mengartikan kata Pepadun, yaitu: Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk di atasnya adalah Raja. Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk di atasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan. Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Manakala salah seorang dari keempat Umpu dan keturunannya memerlukan Pepadun tersebut untuk menobatkan salah satu keturunannya maka Pepadun itu dapat diambil atau dipinjam yang setelah digunakan harus dikembalikan. Adanya bendahara yang dipercayakan kepada Benyata semata mata untuk menghindari perebutan atau perselisihan di antara keturunan keturunan Paksi Pak Sekala Brak dikemudian hari. Pada Tahun 1939 terjadi perselisihan di antara keturunan Benyata memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepadun. Maka atas keputusan kerapatan adat dengan persetujuan Paksi Pak Sekala Brak dan Keresidenan, Pepadun tersebut disimpan dirumah keturunan yang lurus dari Umpu Belunguh hingga sekarang. Silsilah Paksi Pak Sekala Brak Silsilah Paksi Bejalan Di Way : 1. Ratoe Bejalan Di Way 2. Ratoe Tunggal 3. Kun Tunggal Simbang Negara 4. Ratoe Mengkuda Pahawang 5. Puyang Rakian 6. Puyang Raja Paksi 7. Dalom Sangun Raja 8. Raja Junjungan 9. Ratoe Mejengau 10. Pangeran Siralaga 11. Dalom Suluh Iroeng 12. Pangeran Nata Marga 13. Pangeran Raja Di Lampoeng 14. Pangeran Jaya Kesuma I 15. Pangeran Pakoe Alam 16. Pangeran Puspa Negara 17. Pangeran Jaya Kesuma II 18. Ratoe Kemala Jagat 19. Suntan Jaya Kesuma III 20. Suntan Jaya Kesuma IV Silsilah Paksi Nyerupa : 1. Ratoe Nyeroepa 2. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 3. Tjerana Adoq Dalom Piekoeloen 4. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 5. Tjerana Adoq Dalom Piekoeloen 6. Si Gadjah Adoq Ratoe Piekoeloen 7. Melawan Adoq Pangeran Piekoeloen 8. Si Rasan Adoq Piekoeloen Ratoe Di Lampoeng 9. Melawan Batin Joenjoengan Adoq Piekoeloen Ratoe Di Lampoeng 10. Si Rasan Adoq Dalom Poerba Jagat Piekoeloen 11. Si Gadjah Adoq Dalom Ratoe Piekoeloen 12. Tjerana Adoq Ratoe Piekoeloen 13. Si Gadjah Batin Mengunang Adoq Piekoeloen Bala Seriboe 14. Si Pokok Adoq Dalom Piekoeloen 15. Si Gadjah Adoq Batin Piekoeloen 16. Merah Hakim Adoq Suntan Ali Akbar 17. Merah Hasan Adoq Suntan Ratoe Piekoeloen 18. Merah Hadis Adoq Dalom Baginda Raja 19. Syaifullah Hakim Adoq Suntan Akbarsyah 20. Salman Marga Alam Adoq Ratoe Piekoeloen Djayadiningrat 21. Dwi Tjakrawati Adoq Ratoe Piekoeloen Permata Alam Silsilah Paksi Belunguh: 1. Oempoe Beloengoeh 2. Oempoe Siak 3. Oempoe Depati Djoendjoengan Sakti 4. Raja Keraton Batin 5. Pangeran Bala Seribu I 6. Dalom Permata Jagat 7. Pangeran Bala seribu II 8. Pangeran Pulun I 9. Pangeran Bala Seribu III 10. Pangeran Djaja Di Lampoeng I 11. Pangeran Bala Seriboe IV 12. Batin Dengian 13. Pangeran Djaja Di Lampoeng II 14. Suttan Ratoe Pikoeloen 15. Pangeran Permata Jagat II 16. Pangeran Djoendjoengan Sakti II Silsilah Paksi Pernong: 1. Ratoe Pernong 2. Oempoe Semula Jadi 3. Oempoe Semula Raja 4. Raja Selalau Sangoen Guru 5. Oempoe Depati Nyalawati 6. Ratu Depati Raja Sutan 7. Raja Dunia 8. Batin Sasuhunan 9. Oempoe Batin Ratu 10. Raja Dunia Muda 11. Pangeran Singa Diraja 12. Pangeran Poerba 13. Pangeran Alip Jaya 14. Pangeran Batin Sekehandak 15. Pangeran Batin Pasirah Purbajaya 16. Pangeran Sempurna Jaya 17. Sutan Makmur Dalom Nata Diraja 18. Sutan Lela Muda 19. Sultan Sempurna Jaya 20. Sutan Raja Selalau Dengian Paksi Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak Seperti yang telah diuraikan sebelumnya semua suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang, dan Pantai Banten berpengakuan berasal dari Sekala Brak. Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting di dalam sejarah seperti: Ketika suku bangsa Tumi yang mendiami Sekala Brak terusir dan Skala Brak jatuh ketangan Paksi Pak Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain. Perselisihan dan silang sengketa dikalangan keluarga yang mengakibatkan satu fihak meninggalkan Sekala Brak untuk mencari penghidupan ditempat lain. Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru. Adanya hubungan yang erat antara Kesultanan Banten dan Kebuayan Belunguh -Kenali, dimana dengan sengaja ditinggalkan disepanjang jalan beberapa orang suami istri untuk meluaskan daerah dan memudahkan perjalanan pulang pergi ke Banten. Sehingga berabad kemudian ditempat itu berdiri Pekon Pekon bahkan banyak yang sudah menjadi Marga. Hubungan inilah yang merupakan asal dari Cikoneng Pak Pekon di Pantai Banten. Perpindahan juga terjadi disebabkan peraturan adat yang mengikat yang menetapkan semua hak hak adat jatuh atau diwarisi oleh Putera Tertua, sehingga anak anak yang muda dipastikan tidak sepenuhnya memiliki hak apalagi kedudukan tertentu di dalam adat. Dengan cara memilih untuk pindah kedaerah yang baru maka dapat dipastikan mereka memiliki kedudukan dan tingkatan di dalam adat yang mereka bentuk sendiri ditempat yang baru. Perpindahan penduduk dari Sekala Brak ini sebagian mengikuti aliran Way Komring yang dikepalai oleh Pangeran Tongkok Podang, untuk seterusnya beranak pinak dan mendirikan Pekon atau Negeri. Kesatuan dari Pekon Pekon ini kemudian menjadi Marga Atau Buay yang diperintah oleh seorang Raja atau Saibatin di daerah Komring –Palembang. Sebagian kelompok lagi pergi ke arah Muara Dua, kemudian menuju keselatan menyusuri aliran Way Umpu hingga sampai di Bumi Agung. Kelompok ini terus berkembang dan kemudian dikenal dengan Lampung Daya atau Lampung Komring yang menempati daerah Marta Pura dan Muara Dua di Komring Ulu, serta daerah Kayu Agung dan Tanjung Raja atau Komring Ilir. Kelompok yang lain yang dipimpin oleh Puyang Rakian dan Puyang Nayan Sakti menuju ke Pesisir Krui dan menempati Pesisir Krui mulai dari Bandar Agung di selatan pesisir hingga Pugung Tampak dan Pulau Pisang di utara. Kelompok yang dipimpin oleh Puyang Naga Berisang dan Ratu Piekulun Siba menyusuri Way Kanan menuju ke Pakuan Ratu, Blambangan Umpu dan Sungkai Bunga Mayang di barat laut Lampung untuk meneruskan jurai dan keturunannya hingga meliputi sebagian utara dataran Lampung. Adipati Raja Ngandum memimpin kelompok yang menuju ke Pesisir Selatan Lampung Mengikuti aliran Way Semangka hingga kehilirnnya di Kubang Brak. Dari Kubang Brak sebagian rombongan ini terus menuju ke arah Kota Agung, Talang Padang, Way Lima hingga ke selatan Lampung di Teluk Betung, Kalianda dan Labuhan Maringgai. Daerah Pantai Banten yang merupakan daerah Cikoneng Pak Pekon adalah wilayah yang diberikan sebagai hadiah kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kenali -Buay Belunguh setelah menumpas kerusuhan yang diakibatkan oleh Si Buyuh. Sebagian lagi yang dikepalai oleh Menang Pemuka yang bergelar Ratu Di Puncak menyusuri sepanjang Way Rarem, Way Tulang Bawang dan Way Sekampung. Menang Pemuka atau Ratu Di Puncak memiliki tiga orang istri, istri yang pertama. berputera Nunyai, dari istri kedua memiliki dua orang anak yaitu seorang putera yang diberi nama Unyi dan seorang puteri yang bernama Nuban, sedangkan dari istri ketiga yang berasal dari Minangkabau memiliki seorang putera yang bernama Bettan Subing. Jurai Ratu Di Puncak inilah yang menurunkan orang Abung. Sedangkan Tulang Bawang adalah keturunan dari Indarwati yang Bergelar Putri Si Buay Bulan yang pada awalnya bertahta di Cenggiring Sekala Brak. Ketetapan Adat Tentang Pepadun dan Hirarki Adat dalam Kepaksian Seperti telah diterangkan terdahulu Pepadun dibuat dari Belasa Kepampang yang dibuat sedemikian rupa menjadi singgasana tempat bertahtanya Raja yang dinobatkan di Paksi Pak Sekala Brak. Ketetapan adat bahwa hanya keturunan yang lurus dan tersulung dari Paksi Pak Sekala Brak yang berhak untuk dapat duduk di atas Pepadun itu dalam gawi penobatan Raja sebagai Saibatin. Dengan demikian adat Pepadun seperti yang terdapat di daerah Lampung lainnya tidak seperti daerah asalnya di Sekala Brak. Pertimbangan untuk menaikkan atau menurunkan pangkat adat seseorang dilakukan dalam permufakatan sidang adat dengan memperhatikan kesetiaan seseorang kepada garis dan aturan adat dinilai telah memenuhi syarat dan mematuhi garis, ketentuan dan aturan adat, untuk seterusnya keturunannya dapat dipertimbangkan untuk dinaikkan setingkat pangkat adatnya. Namun jika yang terjadi sebaliknya kemungkinan untuk keturunannya pangkat adat itu tetap atau bahkan diturunkan. Pertimbangan yang kedua untuk menaikkan pangkat adat seseorang adalah dengan melihat jumlah bawahan dari seseorang yang akan dinaikkan pangkat adatnya. Seseorang yang yang menyandang pangkat adat atau Gelaran yang disebut ADOK harus memiliki bawahan yang berbanding dengan kedudukan pangkat adatnya. Tingkatan tertinggi dalam adat adalah Saibatin Suntan. Untuk dapat mencapai Gelaran atau Adok dan kedudukan atau pangkat adat ditentukan oleh berapa banyak bawahan atau pengikut dari seseorang. Hirarki Adat dalam Kepaksian Sekala Brak dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah: Suntan Raja Batin Radin Minak Kemas Mas Petutughan atau panggilan dalam Masyarakat Adat Lampung adalah berdasarkan hirarki seseorang di dalam adat. Untuk panggilan kakak adalah Pun dan Ghatu untuk Suntan, Atin untuk Raja, Udo Dang dan Cik Wo untuk Batin, Udo dan Wo untuk Radin, Udo Ngah dan Cik Ngah untuk Minak, Abang dan Ngah untuk Mas serta kakak untuk Kemas. Sedangkan panggilan untuk orang tua adalah Akan dan Ina Dalom untuk Suntan, Aki dan Ina Batin untuk Raja, Ayah dan Ina Batin untuk Batin sedangkan untuk Radin, Mas dan Kimas menggunakan panggilan Mak dan Bak. Panggilan kepada setingkat panggilan orang tua seperti paman dan bibi adalah; Pak Dalom dan Ina Dalom untuk Suntan, Pak Batin dan Ina Batin untuk Raja, Tuan Tengah- dan Cik Tengah untuk Batin, Pak Balak dan Ina Balak untuk Radin, Pak Ngah dan Mak Ngah untuk Minak, Pak Lunik dan Ina Lunik untuk Mas serta Pak Cik dan Mak Cik untuk Kemas. Panggilan untuk kakek-nenek adalah Tamong Dalom dan Kajong Dalom untuk setingkat Suntan, Tamong Batin dan Kajong Batin untuk setingkat Raja dan Batin sedangkan untuk Radin, Minak, Mas dan Kemas menggunakan panggilan Tamong dan Kajong saja. Gelaran atau Adok -DALOM, SUNTAN, RAJA, RATU, panggilan seperti PUN dan SAIBATIN serta nama LAMBAN GEDUNG hanya diperuntukkan bagi Saibatin dan keluarganya dan dilarang dipakai oleh orang lain. Dalam garis dan peraturan adat tidak terdapat kemungkinan untuk membeli Pangkat Adat, baik dengan Cakak Pepadun atau dengan cara cara lainnya terutama di dataran Skala Brak sebagai warisan resmi dari kerajaan Paksi Pak Sekala Brak. Tentang kepangkatan seseorang dalam adat tidaklah dapat dinilai dari materi dan kekuatan yang dapat menaikkan kedudukan seseorang di dalam lingkungan adat, melainkan ditentukan oleh asal, akhlak dan banyaknya pengikut seseorang dalam lingkungan adat. Bilamana ketiganya terpenuhi maka kedudukan seseorang di dalam adat tidak perlu dibeli dengan harta benda atau diminta dan akan dianugerahkan dengan sendirinya. Kesempatan untuk menaikkan kedudukan seseorang di dalam adat dapat pula dilaksanakan pada acara Nayuh atau Pernikahan, Khitanan dan lain lain. Pengumuman untuk Kenaikan Pangkat ini, dilaksanakan dengan upacara yang lazim menurut adat di antara khalayak dengan penuh khidmat diiringi alunan bunyi Canang disertai bahasa Perwatin yang halus dan memiliki arti yang dalam. Bahasa Perwatin adalah ragam bahasa yang teratur, tersusun yang berkaitan dengan indah dan senantiasa memiliki makna yang anggun, ragam bahasa ini lazim digunakan dilingkungan adat dan terhadap orang yang dituakan atau dihormati. Sedangkan Bahasa Merwatin adalah ragam bahasa pasaran yang biasa digunakan sehari hari yang dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh bahasa bahasa lain. Prosesi kenaikan seseorang di dalam adat dihadiri oleh Saibatin Suntan atau Perwakilan yang ditunjuk beserta para Saibatin dan Pembesar lainnya. Dari rangkaian kata kata dalam bentuk syair dapat disimak ungkapan “Canang Sai Pungguk Ghayu Ya Mibogh Di Dunia Sapa Ngeliak Ya Nigham Sapa Nengis Ya Hila” Terjemahannya bebasnya bermakna “Bunyi Gong Laksana Suara Pungguk Yang Syahdu Merayu, Gemanya Terdengar Keseluruh Dunia, Siapa Yang Melihat Ia Terkesima Dan Rindu, Siapa Yang Mendengarnya Ia Akan Terharu”. Ini bermakna bahwa pengumuman kenaikan kedudukan seseorang di dalam adat telah diumumkan secara resmi. Tentang adanya penggunaan Pepadun di daerah Lampung lainnya dimana kedudukan di dalam adat itu dapat dibeli atau menaikkan kedudukan di dalam adat dengan mengadakan Bimbang Besar. Cakak Pepadun di wilayah ini dapat dianalisa awal pelaksanaannya sebagai berikut –Warga Negeri yang memiliki hubungan genealogis dari salah satu Paksi Pak Sekala Brak dan beberapa kelompok pendatang dari daerah lain yang menempati wilayah yang baru ini tentu jauh dari pengaruh Saibatin serta Garis, Peraturan, dan Ketentuan adat yang berlaku dan mengikat. Ditempat yang baru ini tentu dengan sendirinya harus ada Pemimpin dan Panutan yang ditaati oleh kelompok kelompok ditempat baru itu untuk membentuk suatu komunitas baru dan orang yang dipilih sebagai Pimpinan Komunitas ini dipastikan orang yang meiliki kekayaan dan kekuatan untuk dapat melindungi komunitasnya. Karenanya pada daerah Lampung tertentu dapat saja seseorang yang tidak memiliki trah bangsawan mengangkat dirinya menjadi pemimpin atau kepala adat dengan kompensasi tertentu. Cara cara pengangkatan diri ini mengambil contoh penobatan Saibatin Raja dari daerah asalnya Paksi Pak Sekala Brak, pada masa berikutnya peristiwa Cakak Pepadun telah menjadi kebiasaan dan diteruskan sampai sekarang. Di wilayah baru ini rupanya tidak ada larangan tentang Pangkat Adat dengan melihat kenyataan yang ada bahwa Gelaran Gelaran atau Adok yang Sakral dan dipegang teguh di Paksi Pak Sekala Brak ternyata bahkan menjadi suatu gelaran umum di daerah ini. Setelah soal naik Pepadun dengan tidak ada dasar ini menjadi suatu perlombaan yang hebat dikalangan khalayak, kesempatan ini digunakan oleh pasa penyimbang untuk mencari kekayaan dan setelah itu meningkat sedemikian rupa hingga mendatangkan kerugian yang besar bagi khalayak di dalam mengadakan Bimbang Besar. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda dengan memfasilitasi tindakan tindakan ke arah ini. Pada zaman imperialis hal ini dimanfaatkan oleh kaum imperialis dengan memecah belah Bangsa Lampung sehingga perbedaan yang ada digunakan sebagai umpan untuk memperuncing pertentangan di antara Bangsa Lampung sendiri terutama di dalam Adat. Belanda menggantikan kedudukan Raja dengan kedudukan sebagai Pesirah. Bentuk pemerintahan yang tadinya dijalankan dalam tatanan kemurnian dan keluhuran Adat perlahan diarahkan untuk mengikuti kepentingan Belanda. Pembagian Wilayah Lampung Berdasarkan Way Masyarakat Lampung hidup teratur dengan berpegang kepada norma dan adat perniti baik yang tertulis dalam huruf Lampung Kuno maupun secara lisan secara turun temurun. Kehidupan kemasyarakatan diatur dengan sistem kekerabatan yang bersifat Genealogis Patrilineal dimana pemerintahan dilakukan secara adat terutama yang mengatur sistem mata pencaharian hidup, sistem kekerabatan, kehidupan sosial dan budaya. Secara Harfiah Buway (Bu-Way) berarti pemilik air atau pemilik daerah kekuasaan berdasarkan daerah aliran air atau sungai (Diandra Natakembahang:2005). Pembagian daerah dan wilayah berdasarkan sungai sungai atau way yang ada di Lampung sehingga menjadi beberapa Marga Atau Buway, pembagian ini dimaksudkan agar tidak terjadi perselisihan antar marga atau kebuayan. Pembagian wilayah ini diatur oleh Umpu Bejalan Di Way. A. Wilayah Kekuasaan Kepaksian inti Paksi Pak Sekala Brak: Way Selalau Way Belunguh Way Kenali Way Kamal Way Kandang Besi Way Semuong Way Sukau Way Ranau Way Liwa Way Krui Way Semaka Way Tutung Way Jelai Way Benawang Way Ngarip Way Wonosobo Way Ilahan Way Kawor Gading Way Haru Way Tanjung Kejang Way Tanjung Setia B. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Melinting: Way Meringgai Way Kalianda Way Harong Way Palas Way Jabung Way Tulung Pasik Way Jepara Way Kambas Way Ketapang Way Limau Way Badak Way Pertiwi Way Putih Doh Way Kedondong Way Bandar Pasir Way Punduh Way Pidada Way Batu Regak Way Berak Way Kelumbayan Way Peniangan C. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Pubiyan Telu Suku: Way Pubiyan Way Tebu Way Ratai Way Seputih Way Balau Way Penindingan Way Semah Way Salak Berak Way Kupang Teba Way Bulok Way Latayan Way Waya Way Samang Way Layap Way Pengubuan Way Sungi Sengok Way Peraduan Way Batu Betangkup Way Selom Way Heni. Way Naningan D. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Sungkay Bunga Mayang: Way Sungkay Way Malinai Way Tapus Way Tapus Way Ulok Buntok Way Tapal Badak Way Kujau Way Surang Way Kistang Way Raman Gunung Way Rantau Tijang Way Tulung Selasih Way Tulung Biuk Way Tulung Maus Way Tulung Cercah Way Tulung Hinduk Way Tulung Mengundang Way Kubu Hitu Way Pengacaran Way Cercah Way Pematang Hening E. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Buay Lima Way Kanan: Way Umpu Way Besay Way Jelabat Way Sunsang Way Putih Kanan Way Pengubuan Kanan Way Giham Way Petay Way Hitam Way Dingin Way Napalan Way Gilas Way Bujuk Way Tuba Way Baru Way Tenong Way Kistang Way Panting Kelikik Way Kabau Way Kelom Way Peti F. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Abung Siwo Mego: Way Abung Way Melan Way Sesau Way Kunyaian Way Sabu Way Kulur Way Kumpa Way Bangik Way Babak Way Tulung Balak Way Galing Way Cepus Way Muara Toping Way Terusan Nunyai Way Pematang Hening Way Banyu Urip Way Candi Sungi Way Tulung Biuk Way Tulung Pius Way Umban Way Guring G. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Mego Pak Tulang Bawang: Way Rarem Way Gedong Aji Way Penumangan Way Panaragan Way Kibang Way Ujung Gunung Way Nunyik Way Lebuh Dalom Way Gunung Tukang Way Pagar Dewa Way Rawa Panjang Way Rawa Cokor Way Tulung Belida Way Karta Way Gunung Katun Way Malai Way Krisi H. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Komering: Way Komering Beserta anak sungainya Aksara, Bahasa dan Dialek Lampung Artikel Selengkap di Bahasa Lampung Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Had Lampung diciptakan oleh Para Saibatin di Paksi Pak Sekala Brak pada awal Abad Ke 9. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan Aksara Rencong Aceh, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api, yang dipertuturkan oleh sebagian besar Etnis Lampung yang masih memegang teguh Garis Adat dan Aturan Saibatin dan Dialek Nyow, yang dipertuturkan oleh orang Abung dan Tulang Bawang yang mengenal kenaikan Pangkat Adat dengan Kompensasi Tertentu yang berkembang setelah Seba yang dilakukan oleh Orang Abung ke Banten. A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Belalau dengan tambahan spesifikasi Logat Kembahang dan Logat Sukau, Dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung dan Kecamatan Way Jepara. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan. B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji. Falsafah dan Pedoman Hidup Ulun Lampung Tandani Ulun Lampung Wat Piil-Pusanggiri Mulia Hina Sehitung Wat Liom Rega Diri Juluk-Adok Ram Pegung, Nemui-Nyimah Muari Nengah-Nyampur Mak Ngungkung, Sakai-Sambayan Gawi. Falsafah Hidup Ulun Lampung tersebut diilustrasikan dengan lima bunga penghias Sigor pada lambang Propinsi Lampung. Menurut kitab Kuntara Raja Niti, Ulun Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup: Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri), Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya), Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu), Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Tujuh Pedoman Hidup Ulun Lampung: Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok. Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi Bangsa Lampung memiliki ragam kesenian yang kaya akan keragaman, keindahan dan keanggunan budaya. Tarian yang dibawakan oleh Muli Meghanai Lampung memiliki ciri khas gerak serta langgam tersendiri. Tarian klasik yang diselenggarakan pada saat upacara kerajaan adalah suatu bentuk tarian yang dikenal dengan nama Tarakot Kataki atau Lalayang Kasiwan yang masing masing diperagakan oleh dua belas Meghanai secara bersama sama sebagian memegang kipas dan sebagian lagi tidak memegang kipas. Ragam tarian lain adalah Tari Tanggai yang ditampilkan oleh satu, dua, atau empat orang Muli yang masing masing memegang kipas. Didalam membawakan Tari Tanggai para Muli ini menggunakan aksesoris berupa kuku kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para penari. Tari tersebut diiringi oleh irama Gamulan/Kulintang dengan ditingkahi para Meghanai yang membawakan bait tertentu yang dinamakan Ngadidang. Dalam sepuluh hari di dalam bulan Syawal diadakan Sekuraan yaitu Festival Topeng yang diselenggarakan sebagai ungkapan suka cita setelah sebulan penuh berpuasa dan mendapatkan Hari Kemenangan. Sekuraan ini diadakan dibeberapa Pekon di Sekala Brak dengan berbagai suguhan Kesenian seperti Silek, Muwayak, Hadra, dan Nyambai oleh para Sekura. Ada dua tipe Sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan dan kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan Ketamakan dan Keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan kostum yang indah dan bagus seperti bawahan yang mengenakan kain yang bermotifkan Tapis dan atasan yang mengenakan Kain Panjang, sedangkan Sekura Kamak mengenakan Topeng yang menyeramkan dan kostum yang kebanyakan berwarna hitam hitam. Setiap sehari sebelum Idul Fitri dan Idul Adha ada tradisi Ngelemang pada Paksi Paksi di Sekala Brak terutama di Paksi Buay Bejalan Di Way, ada beberapa jenis Lemang seperti Lemang Siwok yang terbuat dari ketan, Lemang Bungking yang terbuat dari ketan–pisang, dan Lemang Ceghughut yang terbuat dari ketan–gula merah. Tradisi ini sebenarnya adalah tradisi lanjutan seperti yang berlaku di daerah Minangkabau. Bangsa Lampung dikenal memiliki kain tenun yang indah dan anggun yang dikenal dengan Kain Tapis. Tapis adalah kain yang agung dan sakral yang pada mulanya hanya dikenakan oleh Para Saibatin dan keluarganya saja terutama dikenakan dalam Gawi dan Upacara adat. Namun dalam perkembangannya Kain Tapis telah diproduksi secara massal sehingga setiap khalayak dapat berkesempatan untuk memiliki dan mengenakannya. Saat ini Kain Tapis telah dikomersialkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan telah melanglangbuana hingga ke mancanegara. Kini Kain Tapis telah mengalami perkembangannya hingga semakin variatif dengan berbagai macam bentuk dan telah merambah dunia fasion seperti pakaian dan aksesoris aksesoris yang bermotifkan Tapis. Sumber Diandra Natakembahang adoq Batin Budaya Poerba Lamban Bandung, Negeri Ratu Kembahang Paksi Bejalan Diway, Paksi Pak Sekala Brak Lampung Drs Irfan Anshory adoq Batin Kesuma Ningrat Penyimbang Sukabanjar Marga Gunung Alip, Keratuan Semaka Lampung Pranala luar (Indonesia) Sejarah Kerajaan Sekala Brak (Indonesia) Kerajaan Skala Brak Lihat pula Suku Lampung Di -> http://www.kunjer.com/search/label/Lampung Suku Aneuk Jamee Negeri Sembilan Pagaruyung Silat Minangkabau Indo-sejarah.png Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Kategori: Kerajaan di Nusantara Kerajaan di Lampung Kepaksian Sekala Brak Buat akun baru Masuk log Halaman Pembicaraan Baca Sunting Versi terdahulu Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang Komunitas Warung Kopi Portal komunitas Bantuan Wikipedia Cetak/ekspor Peralatan Halaman ini terakhir diubah pada 07.20, 6 Agustus 2012.
CERITA KOMRING PDF | Print | E-mail FAQs - General Article Index CERITA KOMRING CERITA KOMRING All Pages Page 1 of 2 Oleh: Marwansyah Warganegara (TMII, Jakarta-1994) Zaman dahulu kala ada sekelompok suku bangsa bertempat tingal di sungai Tatang dekat Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Mereka dibawah pimpinan sebagai berikut : Lebar Daun , Anak Dalam , Serang , Naga Barisang , Dayang , dan Rakihan. Diantara mereka berenam tersebut, yang tiga pergi mengembara untuk mencari penghidupan. Ketiga orang tersebut adalah : Anak Dalam , Naga Barisang , dan Dayang. Pertama kali mereka bertiga bertempat tinggal di pinggir sungai Batang hari, lalu anak Dalam ke Bengkulu, Naga Barisang ke Danau Ranau sedangkan keturunan Dayang kedaerah Pasemah. Keturunan Anak Dalam lalu pergi menyusul keturunan Naga Barisang yang lebih dahulu berada di Danau Ranau dan terakhir menyusul keturunan Dayang. Di daerah Ranau ini mereka mengadakan musyawarah untuk mengatasi kesulitan yang di hadapi. Mereka melakukan baercocok tanam dan menangkap ikan. Selang beberapa lama dating menyusul anak cucu Rakihan kedaerah Ranau. Perselisihan selalu terjadi antara anak buah mereka, lalu diambil keputusan bersama sebagai berikut : I. Pembagian daerah berdasarkan keturunan masing-masing harus mempunyai tanda : 1. Cabang kayu sebelah bawah sekali dipotong adlah tanda hak milik anak cucu Talang Tunggal Peteting Anak Aji. 2. Cabang kayu nomor dua dari bawah dipotong adalah tanda hak milik anakcucu Ruh Tunggal dan Jagad Hyang Prabu. 3. Apabila dibawah pohon kayu itu ada unggukan batu adalah tanda hak milik anak cucu Naga Barisang. 4. Apabila kayu itu diikat batangnya denagan rotan adalah tanda hak milik anak cucu Sigeriyang. II. Antara maereka tidak diperbolehkan membuat keributan sehingga berkelahi. Jika ytaerjadi perkelahian akan dihukum dan diusir keluar kampong. III. Perkawinan harus melalui musyawarah dengan kedua orang tua masing-masing. Tidak diperbolehkan kawin dengan saudara kandung dan sepupu. IV. Suami tidak boleh memukul isteri sampai cidera / mati. Dari daerah Ranau ini keturunan Naga Barisang dibawah pimpinan Poyang Sakti pindah ke Cinggiring Skala Brak. Poyang Sakti sewaktu pindah dari Ranau masih berusia remaja, sedangkan kedua orang tuanya Poyang Naga Jaya sudah tua dan dalam keadaan sakit. Di Skala Brak Poyang Sakti berjumpa dengan Poyang Serata Di Langik dan Poyang Kuasa. Rombongan Poyang Sakti sebagian menetap di tiyuh Canggu dengan pimpinan Poyang Sai Jadi Saktiyang lain menuju cinggiring dibawah pimpinan Poyang Sakti. Sewaktu perjalanan menuju ke Cinggiring disekitar tiyuh Batu Brak, Poyang Sakti berjumpa dengan Poyang Pandak Sakti yang dating dari daerah Muara Dua. Mereka berempat sepakat membentuk persekutuan "Paksi Pak Tukket Pedang" yang terdiri dari : 1. Poyang Sakti (Buay Balam) 2. Ppoyang Kuasa Buay Semenguk) 3. Poyang Serata Di Langik (Buay Nuwat) 4. Poyang Pandak Sakti (Suku Pak Ngepuluh Buay Aji) Maksud mereka mendirikan persekutuan ini adlah untuk menjaga keamanan disekitar Skala Brak karena selalu terancam dari perampokan yang dating arah Pesisir dan Palembang. Perampok ini berasal dari Negeri Cina yang merajalela dipedalaman Sumatera, yang dikepalai oleh Leang Tao Ming dan dapat ditangkap Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407 atas perintah Kaisar Yung Lo. Poyang Sakti Menikah dengan Dayang Metika, Anak Poyang Kuasa Buay Semenguk. Dari perkawinan ini lahirlah : 1. Poyang Junjungan Sakti 2. Puteri Indera Bulan Puteri Indera Bulan setelah remaja sangat camtik dan tangkas. Suasana hidup ketika itu sangat keras akibat perampokan terjadi di mana-mana, sehingga membentuk watak dan pribadi Puteri Bulan menjadi keras. Dia belajar ilmu bela diri dan pandai main senjata tajam. Setelah itu datanglah rombongan tiga orang Empu secara berturut-turut yang berasal dari Pagaruyung Laras Bodi Chaniago. Mereka masing-masing : 1. Empu Cangih yang kelak bergelar RAtu Di Puncak 2. empu Serunting yang kelak bergelar Ratu Di Pugung 3. empu Rakihan yang kelak bergelar Ratu Di Belalaw Mereka meninggalkan Pagaruyung tahun 1347 akibat pertentangan antara Datuk Ketemanggungan dengan Datuk Parpatih Nan Sabatang sewaktu pemerintahan Adityawarman mantan mahamenteri Majapahit. Datuk Perpatih Nan Sabatang memerintah scara adat di minangkabau yang bersifat disentralisasi dan demokratis yang sudah dipengaruhi Ajaran Islam, sedangkan datuk ketemanggungan system sentralisasi dan otokratis, sehingga tidak dapat berkembang dan brtolak belakang dengan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Ketiga orang Empu ini adalah keluargan dari Parpatih Nan Sabatang yang berasal dari Laras Bodi Chaniago yang meninggalkan Pagaruyung menuju Bengkulu dan menetap didaerah perkebunan lada di Ranau. Akibat bencana alam dan letusan gunung api mereka terpaksa pindah kearah selatan sampai di Bukit Pesagi Skala Brak. Kedatangan mereka ini sekaligus menyebarkan agama Islam kepada penduduk Skala Brak Yang beragama Animisme dan Hindhu Bhairawa dan mereka tahun 1350 muari dengan Puteri Bulan di Cinggiring lalu meneruskan perjalan ke Bukit Pesagi. Sesampai mereka di Bukit Pesagi terlebih dahulu mereka ngedudu (memanggil) dengan menanyakan apakah ada orang disana. Maka di jawab dengan jawaban "Wat" yang berarti ada. Lalu mereka menuju kearah suara dan berjumpa dengan seorang yang bernama Poyang Serata Di Langik. Poyang Serata Di Langik yang menurunkan Buay Nuwat. Nuwat berasal dari kata "Meno Wat" berarti lebijh dulu berada disana. Tidak lama kemudian datanglah orang yang mengaku berasal dari Segara Baka Kahiyangan bernama Poyang Aji Saka. Terlebih dahulu diadaka uji coba kekuatan dengan Poyang Sakti ternyata tidak ada yang kalah dan menang. Poyang Aji Saka dan Poyang Sakti berpadu (berunding) ternyata mereka masih satu keturunan dari sungai Tatang Bukit Siguntang. Kemudian mereka disusul Poyang Makuda, Poyang Mapuga, Sang Gariha dan terakhir disusul Poyang Lunik beserta pengikutnya Sai kundang, Sai Badak, Sai Jalang, Sai Nima dan Pakku. Selanjutnya beberapa waktu kemudian empat orang Empu yaitu Empu Cangih, Empu Serunting Empu RAkihan dan Empu Aji Saka berjumpa dengan sekelompok orang yang mereka anggap aneh karena cara penghidupan mereka sangat berbeda. Sekelompok orang ini mereka sebut orang Tumi. Karena mereka memakan buah durian hutan yang dalam bahasa Lampung disebut Tumi. Suku Tumi ini bertempat tinggal didaerah luas. Mereka menyambah sebatang pohon nangka yang bercabang dua yang disebut "Lemaaa Kepampang". Cabang yang satu terdiri dari pohon nangka dan satunya lagi pohon sepukaw. Kaneham pohon nangka ini akarnya tumbuh keatas dan puncak nya kebawah. Getahnya sangat beracun dan hanya dapat sembuh dengan getah Sepukaw. Pada saat tertentu mereka mempersembahkan korban kepala manusia hasil dari mengayaw warga kampung lain untuk dipersembahkan pada pohon Melasa Kepampang. Pimpinan suku Tumi seorang wanita yang bernama Puteri Sekar Mong. Setelah hal ini diketahui oleh empat orang Empu lalu mereka berunding dan mereka berunding untuk menaklukan suku Tumi serta meng-islamkan mereka. Tugas ini dibebankan kepada tujuh orang : 1. Poyang Kuasa 2. Poyang Pulagai 3. Sanbg Balik Kuang 4. Sang Gariha 5. Poyang Makuda 6. Poyang Mapuda 7. Poyang Nyurang Mereka bertugas menaklukan orang Tumi. Puteri Sekar Mong dan Anaknya bernama Puteri Sindi dapat ditawan, sedangkan orang Tumi yang selamat melarikan diri mengikuti aliran Way Semangka lalu bersembunyi disekitar Gunung Tanggamus. Pohon Lemasa Kepampang mereka tbang lalu dibawa ke Ranji Pasai dekat Kenali sekarang. Kayu Lemasa Kepampang dijadikan simbul kesatuan dan persatuan serta kesepakatan dan kebulatan kata dalam pergaulan. Benda ini disebut"Pepadun" yang berasal dari kata perpaduan. Bentuk bulatnya setinggi lutut dan cabangnya menjadi sandaran. Pepadun Lemasa Kepampang ini menjadi milik bersama oleh empat orang Empu di Skala Brak. Dari daerah luas mereka menuju Ranji Pasai terus menyelusuri dataran tinggi Belalaw sampai di Chinggiring, mereka berjumpa dengan sekelompok orang dibawah pimpinan Puteri Indra Bulan. Oleh Empu Rakihan diadakan uji coba kekuatan ternyata tidak ada yang kalah dan menang. Empu Canggih lalu mengangkat Puteri Indra Bulan menjadi anak, karena Empu Canggih hanya mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Puteri Nuban yang bergelar Menak Mupun. Empu Canggih beristri tiga orang : 1. Puteri Laut Lebu lahir Puteri Nuban 2. Puteri Ranaw lahir Nunyai dan Unyi 3. Puteri Pagaruyung lahir Betanyang lebih dikenal dengan nama Subing. Setelah daerah Skala Brak aman keempat Empu pergi ke bukit Pesagi lalu mengadakan perundingan dimana tempat masing-masing Empu dan keluarganya memilih tempat tinggal. Masing-masing Empu beritindak sebagai kepla Rombongan yang dipatuhi dan dihormati. Tempat tinggal mereka dikelilingi oleh pagar bamboo betung atau galih kayu yang disebut keratun. Keratun tersebut ialah : 1. Empu Canggih bergelar Ratu Di Puncak mengambil tempat di puncak bukit pesagi. 2. Empu Serunting Bergelar Ratu Di Pugung mengambil tempat di punbggung Bukit Peasagi. 3. Empu Rakihan bergelar Ratu Di Belalaw mengambil tempat di tengkuk Bukit Pesagi. 4. Empu Aji Saka bergelar Ratu Di Pemanggilan mengambil tempat di bawah Bukit Pesagi. Diketahui di Skala Brak tumbuh sebuah pohon kayu Hara yang sangat besar dan tinggi. Penduduk sangat takut karena di atas pohon tersebut hidup sepasang burung garuda yang sangat ganas. Banyak orang yang mati akibat serangan Burung tersebut yang mengakibatkan rakyat di sekitar pohon itu menjadi takut atas serangan burung garuda ganas itu. Oleh keempat orang Empu sepakat untuk menebang kayu Hara. Tugas ini diserahkan kepada sembilan orang dengan pimpinan Poyang Lunik. Kesembilan orang tersebut adalah : 1. Poyang Lunik 2. Si Sangkan 3. Si Pandan 4. Si Kandang 5. Si Jalang 6. Si Badak 7. Si Midin 8. Si Nima 9. Si Pakku Kayu Hara itu berhasil mereka tumbangkan dan garuda yang ganas dapat di usir. Akan tetapi meminta korban sebanyak tujuh orang dan yang selamat hanya Poyang Lunik dan Si Sangkan. Menurut cerita orang kayu hara tersebut setelah rubuh pangkalnya di Skala Brak dan ujungnya sampai di Teluk Semangka. Galih kayu hara diambil oleh empat orang Empu dan dijadikan kekuhan (kentongan) . Untuk mengenang jasa mereka yang telah berhasil menebang kayu hara maka diabadikan bentuk kayu hara dan tancapkan ditengah lunjuk Pancah Aji. Bentuk tiruan kayu hara ini bercabang empat dan bertingkat sembilan. Disudut empat Lunjuk pancah aji didirikan juga tiruan kayu hara yang lebih pendekbercabang empat bertinkattujuh yang disebut pejaraw. Empat pejaraw melambangkan Empat keratuan. Empat cabang melambangkan empat paksi Tukket Padang, tujuh tingkat melambangkan tjujuh orang yang meninggal, sedangkan sembilan tingkat melambangkan sembilan orang pahlawan yang bertugas menebang kayu hara. Lunjak Pancah Aji adalah tempat pelaksanaan perkawinan secara adat, dimana kedua mempelai duduk tindih silou serta menginjak kepala kerbau. Kehidupan di Skala Brak terasa aman dan damai. Keadaan ini tidak berjalan lama. Perampokan terjadi dimana-mana terutama perampok cina yang merajalela diperairan selat malaka, pantai pesisir Sumatera, lalu memasuki sungai Musi terus ke Palembang dan menyebar ke daerah Ranau sampai ke Skala Brak. Dikarenakan sering terjadi perampokan secara besar-besaran, disamping pertumbuhan penduduk semakin banyak dan perlu daerah pemukiman yang lebih luas. Untuk itu mereka mengadakan perundinngan untuk melakukan perpindahan denagn menyebar. Kesepakatan itu diwujudkan dengan sumpah dan memotong siamang putih yang dibuat bekasam dan disimpan dalam gentong. Gentong ini dapat dibuka kembali apabila keturunan empat keratuan ini dapat bersatu kembali di Skala Brak. Didalam perjanjian itu juga ditetapkan hak kekuasan adapt berada di tangan Ratu Di Puncak dan keturunananya, sedangkan puska lainnya seperti pepadun Lemasa Kepampang kekuhan dan lain-lain tetap dipegang ratu Di Belalaw dan keturunannya. Ratu Di Puncak, Ratu Di Pugung dan Ratu Di Pemangglan pindahmencari daerah yang baru dimana perpindahan tersebut terjadi dua arah melalui jalur Raau dan kearah Martapuramengikuti aliran Way Komering dan melalui pantai Pesisir. Rau Di Puncak pindah ke daerah Selabung kemudian Pindah lagi ke hulu way Abung yaitu di Canguk Gaccak. Empu Pandak Sakti dan beberapa orang Jurai Ajimenempati sepanjang Way Komering.Empu Kuasa, Sang Balik Kuang, Empu Pemuka menempati Way Pisang, Way Kanan dan Way Besai. Keturunan Empu Serata Di Langik dan pak Lang Jurai Ratru Di Pugung menempati Mnempati daerah di Way Besai hinggga Way sekampung, Poyang Lunik dan sangkan sampai Way Handak sedangkan Sangkan pinadah lagi ke muara Way Sekampung. Keturunan Ratu Di Pemanggilan sebagian di daerah Way Rarem dan beberapa Jurai menempati daerah antaraWay Seputih. Sedangkan keturunan Puteri Bulan menempati daerah Way Semangka hingga way Sekamapung lalau pindah lagi ke Way Tulang Bawang. Ketururnan Ratau Di Belalaw tetap tinggal dei Skala Brak dan terakhir sebagian pindah ke daerah Ranau dan Daerah Kota Agung yang kemudian mendirikan persekutuan adapt "Paksi Pak Skala Brak". Diceritakan bahwa Empu Rakihan yang bergelar Minak Rio Belunguh menikah dengan Puteri Bulan Bara Jurai dari Puteri Indra Bulan bertempat tinggal di luas, dari perkawinan inilahirlah : 1. Empu Menyata 2. Empu Turgak Didalam perjanjian bahwa Buay Menyata dan Buay Turgak tidak ikut clan Empu Rakihan, tetapi ikut dalam clan ibunya yaitu Jurai Puteri Indra Bulan. Kemudian Empu Rakihan Kawin dengan Puteri Sindi anak dari Puteri Sekarmong dan menetap di Ranji Pasai dekat Kenali. Dari perkawinan ini lahirlah : 1. Empu Belunguh 2. Empu Nyerupa 3. Empu Parenong 4. Empu bejalan Di Way Tetapi menurut keterangan pangeran Syafei Kenali, Empu Parenong dan Empu Bejalan Di Wai berasal dari Darmas Raya. Jadi empat Empu inilah merupakan cikal bakal Paksi Pak Skala Brak. Sewaktu mendirikan Paksi Pak ini dihadiri utusan dari: 1. Buay Nunyai 2. Buay Unyi 3. Buay Subing 4. Buay Nuban 5. Buay Bulan 6. Buay Semenguk 7. Buay Nuwat 8. Buay Tumi 9. Buay Menyata 10. Buay Turgak 11. Buay Aji 12. Buay Sandang 13. Buay Rawan 14. Buay Runjung 15. Buay Pemuka Kelima belas ke-buay-an ini ikut menghadiri pembentukan Paksi Pak di Skala Brak, dan diputuskan bahwa Buay Menyata diangkat menjadi "Aanak tuha" yang dihormati sedangkan Puteri Indra Bulan diangkat menjadi "Anak Bai" (saudara perempuan) yang disayangi. Keturunan Purteri Indra Bulan pada waktu itu tidak berhak menjadi Paksi dan diputuskan oleh Perwatin Paksi Pak untuk memegang pusaka Ratu Pak yang dipegang oleh Ratu Belalawberupa Pepadun Lemasa Kepampang, Kekuhan, Sesam Siamang,putih dan lain-lain. Sewaktu itu setiap pengankatan seseoarang Paksi yang baru di Skala Brak harus naik pepadun Lemasa Kepampang yang dipinjam pada keturunan Puteri Indra Bulan di Cinggiring yang dikuasakan kepada Wayang Kemala. Hubungan Paksi Pak Skala Brak dengan keturunan Puteri Indra Bulan sangat harmonis dan berjalan lancar, sehingga timbul istilah "Paksi Pak ke Lima Buay Nerima, Cumbung Pak, kelima Sia". Yang dimaksud Buay Nerima adalah keturunan Puteri Indra Bulan di Cinggiring dan luas. Keharmonisan ini tidak bias berjalan lama, dikarenakan Paksi Buay Belunguh dan Paksi Buay Parenong ingin menguasai pusaka peninggalan Ratu Pak yang dipercayakan pada keturunan Puteri Indra Bulan, serta perselisihan prbatasan antara Paksi Pak dengan Buay Bulan. Hal ini mengakibatkan kerenggangan antara Paksi Pak dengan Buay Bulan baik yang berada di Cinggirig maupun di luas. Kericuhan ini terdengar oleh Ratu Di Puncak yang berada di Canguk Gaccak, Ratu Di Puncak memerintahkan Minak Serappou. Minak Nyabak dan Minak Termindak dating ke Cinggiring untuk menengahi perselisihan. Setelah sampai di Cinggiring diadakan perundingan di Bah Way antara Paksi Pak dengan Buay Bulan, Buay Menyata, Buay Turgak dan diambil Keputusan Buay Bulan dibawah pimpinan Nago Gayo gelar Minak Rio Sakti akan pindah menyusul Ratu Di Puncak di Canguk Gaccak. Sedangkan saudara Nago Gayo antara lain Nago Liu pidah kedaerah Melebui Balak/ Lunik, Puteri Linggang menikah dengan Minak Ngejengaw Tuha di Kembahang. Keturunan Minak Rio Sakti bernama Minak sakowiro dan Minak Sengencang Bumi sepakat untuk pindah mengikuti Way Semangka terus ke Pugung sebagian menetap di Way Sekampung. Kepercayaan untuk memgang pusaka Ratu Pak yang semula di pegang oleh keturunan Buay Bulan lalu di serahkan kepada Buay Menyata di Luas. Sewaktu pembentukan adat Pasi Pak Skala Brak dalam rangka meresmikan pengangkatan Paksi yang baru tahun 1825 diman utusan dari Buay Bulan Semar Gelar Akkuan Batin Kepala Kampung Tegineneng kibang masih terlihat tata cara lama di Sukaw di dalam sesat ada pengejongan khusus untuk Buay Bulan, Buay Menyata, Buay Turgak dan Buay Aji dimana sekarang, setiap nayuh Balak yang dilakukan oleh Paksi Pak hal ini tidak tampak lagi.padahal jauh sebelum Penjajahan Belanda/Inggris dating hubungan Paksi Pak dan Paksi Kebuay-an berjalan lancar. Sesampai Nago Gayo di Canguk Gaccak disana telah berada Buay Nunyai, Buay Unyi, Buay Subing, Buay Nuban, Buay Yuk keturunan Ratu Pemanggilan jurai Poyang Semenekaw rupanya Minak Rio Kunang telah lebih dulu di Hulu Way Rarem, dan Peteting Anak Aji keturunan Ratu Pemanggilan dari Jurai Poyang Rakihan yang bertempat tinggal di Ulok Tiga Ngawan. Peteting Anak aji kawin dengan anak petrempuan Nunyai yang paling tua betrnama Cani Gelar Minak Indeman dan terakhir sekali datang menyususl dan bergabung dengan mereka. Di Canguk Gaccak inilah mereka sebanyak sembilan orang berkumpul. Kesembilan orang inilah sebagai cikal bakal abung Siwo Migo dengan urutan sebagai berikut : 1. Nunyai 2. Unyi 3. Subing 4. Nuban 5. Bulan 6. Beliuk 7. Selagai 8. Kunang 9. Anak Tuha Dalam pertemuan Abung Siwo Migo pertama dengan keputusan bahwa delapan orang saudara Nunyai mendapat hak Ngujuk Ngekuk, tetapi belum dapatkan adapt kebumian. Hadir dalam pertemuan ini sebagai saksi adalah : Sumbai Tegemoan, Sumbai Pemuka, sumbai Bahuga dan Sumbai Semenguk. Besarnya pengakuk mereka yang delapan baru 400, sedangkan nunyai tetap 600. Mereka yang menjadi saksi belum mendapat hak adapt dari sinilah lahirnya istilah ‘Abung Siwo Mingo' dan ‘Pak Sumbai'. Ketika diadakan Mecak Wirang di Gilas didaerah Way Besai dimana nunyai, Unyi, Subing dan Nuban merayakan kemenangan mereka dapat membunuh raja Di Lawok yang dihadiri oleh : 1. Suku Pubian tiga belas Jurai 2. Buay Tegamoan 3. Buay Pemuka 4. Buay Bahuga 5. Buay Semenguk 6. Buay Silamayang Mecak Wirang di Gilas ini menetapkan pembagian adat dan harta warisan. Peristiwa kejadian yang menimbulkan kerenggangan antara Abung Siwo Mego adalah peperangan antara orang Abung dan Pubiyan melawan Minak Indah kampung panarangan keturunan Mi nak Rio Sanak Buay Teagamoan. Minak Indah merasa sakti dan gagah berani. Dia mempunyai anak gadis, sebanyak tujuh orang. Sewaktu orang meminang anak gadisnya, Minak Indah memberi syarat harus menyerahkan emas seberat badan gadis itu lalu terjadilah peperangan sehingg a Minak Indah terbunuh oleh Minak Naga Ngumbang Hulubalang Minak Srappo Kiyo dari Terbangi dengan senjata Subang Gading, penuang dan Kayas Ibung Ngelamang batu milik Minak Paduka Buay Nunyai. Anak gadisnya berjumlah tujuh orang masing-masing diambil dari Kotabumi, Buyut, Surabaya, Mataram, Terbanggi, Bumi Aji dan Lingai. Satu menantunya diambil Minak naga Ngumbang. Perayaan untuk merayakan kemenangan ii berlangsung di Kotabumi Tua dipinggir Way Pangubuan. Setelah itu keturunan Ratu Di Pugung yang berada di sekitar Way Pangubuan dan keturunan Ratu Di Penmggilan yang berada di Way Seputih membentuk adapt pubian Telu Suku. Keturunan Ratu Di Pugung bergabung dalam dua suku yaitu masyarakat dan Tambapupus dan keturunan Ratu Di Pemanggilan adalah suku Bukujadi, Pembentukan adapt Pubian Telu Suku ini dihadiri oleh utusan Abung Siwo Migo dan Sumbai dari Way Kanan. Ketiga suku itu adalah : I. Suku Masyarakat 1. Buay Kediangan 2. Buay Manik 3. Buay Nyurang 4. Buay Gunung 5. Buay Kapal 6. Buay Selagai Jurai Rawan II. Suku Tambapupus : 1. Buay Nuwat 2. Buay Pemuka Pati Pak Lang 3. Buay Pemuka Menang 4. Buay Semima 5. Buay Pemuka Halom Bawak 6. Buay Kuning III. Suku Buku Jadi : 1. Buay Sejadi 2. Buay Sejaya 3. Buay Sebiyai 4. Buay Ranji 5. Buay Kaji 6. Buay Pukuk sumber : http://tebinglampungtimur.blogspot.com/2010/08/asal-usul-suku-lampung.html Prev - Next >> Comments 0 #1 uhuy 2012-07-05 23:58 hahahahahah induh wehhhhhhhhhhhhh hhhhhh :roll: Quote Refresh comments list RSS feed for comments to this post Add comment Name (required) E-mail (required, but will not display) Website :D:lol::-);-)8):-|:-*:oops::sad::cry::o:-?:-x

Download Lagu Ranau/Lampung

Download Lagu Ranau/Lampung PDF | Print | E-mail FAQs - General Silahkan download lagu lagu Rumpun Seminung. (ranau/lampung/komering/daya/haji) Gratis... Ć Anak Tikhi (D).mp3 Download 2322k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Angkah Niku.mp3 Download 2280k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć arifin lampung klasik 70 - indai saka.mp3 Download 11193k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć BANJEKH LAM SELV.mp3 Download 1816k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Batu Tegi.mp3 Download 2024k v. 1 48 minutes ago Usman Ali Ć Bulan Pukhnama.mp3 Download 2112k v. 1 48 minutes ago Usman Ali Ć DANG BIMBANG.mp3 Download 1894k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć DEK SAPA NIKU.mp3 Download 1769k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć DibiDiGunungSeminung.mp3 Download 1552k v. 1 47 minutes ago Usman Ali Ć Dipulaju.mp3 Download 2108k v. 1 47 minutes ago Usman Ali Ć HANA NI NIKU.mp3 Download 908k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć hiwangku.mp3 Download 2426k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć indai ku sayang.mp3 Download 2126k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć JAMANANAKKHAMNAANP.mp3 Download 1447k v. 1 47 minutes ago Usman Ali Ć JAOH JAK ULUN TUHA.mp3 Download 472k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć jawaban sai lagi.mp3 Download 2126k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć JUDUMAKDAPOKTEMU.mp3 Download 645k v. 1 46 minutes ago Usman Ali Ć KAWIN MULANG MUAKHI.mp3 Download 2238k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć KELILING DUNIA.mp3 Download 1468k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć KilU bAbAng.mp3 Download 1528k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Kumbang Halunan.mp3 Download 1531k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć KUNDANG AMPAI.mp3 Download 862k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Kundangku.mp3 Download 2430k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Lagu Lampung - KilU bAbAng.mp3 Download 789k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Lagu lampung klasik.mp3 Download 1674k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć LIPANG DANG.mp3 Download 2782k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć lipang - lipang dang.mp3 Download 2244k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć MAK JELAS.mp3 Download 3688k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć mak ngeraso pop.mp3 Download 2060k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć MAKUNG JUDU.mp3 Download 6492k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Mati Ganta.mp3 Download 1994k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć mati kajong.mp3 Download 4302k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć mikhak di niku.mp3 Download 1839k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Ngalah.mp3 Download 1888k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć NGEBITI DIKHI.mp3 Download 3726k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Niku Abang.mp3 Download 1818k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Niku sia Remix.mp3 Download 2480k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć niku wi pandai dek.mp3 Download 469k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć Patoh di tengah.mp3 Download 2590k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć PUNYANDANGAN.mp3 Download 2128k v. 1 9 hours ago Usman Ali ċ ranau.16mb.com View 9 hours ago Usman Ali Ć SAKIK KU.mp3 Download 2300k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć seng sakha.mp3 Download 2168k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć tikham diku.mp3 Download 1458k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć TIKHAM JAOHH.mp3 Download 2551k v. 1 9 hours ago Usman Ali Ć tippik cadang mursal.mp3 Download 1043k v. 1 51 minutes ago Usman Ali Ć Kantu judu.mp3 Download 1934k v. 1 40 minutes ago Usman Ali Ć Katan Hati.mp3 Download 1018k v. 1 40 minutes ago Usman Ali Ć khamjama-jama.mp3 Download 651k v. 1 40 minutes ago Usman Ali Ć klasik 70 - dang lupa.mp3 Download 3012k v. 1 39 minutes ago Usman Ali Ć Labung.mp3 Download 1700k v. 1 39 minutes ago Usman Ali Ć Lampung Nedos Hati Iwan Sagita.mp3 Download 1408k v. 1 38 minutes ago Usman Ali Ć ManjauDiMuli-JohanCost.mp3 Download 1279k v. 1 38 minutes ago Usman Ali Ć MiwangDiJantung-IdaAli.mp3 Download 1390k v. 1 38 minutes ago Usman Ali Ć Muli Jilbab.mp3 Download 510k v. 1 38 minutes ago Usman Ali Ć Pilihanku.mp3 Download 1592k v. 1 37 minutes ago Usman Ali Ć Santokh Tikham.mp3 Download 1770k v. 1 35 minutes ago Usman Ali Ć tabuh sanak miwang di ijan(glintang).mp3 Download 1820k v. 1 37 minutes ago Usman Ali Ć D_Ajoman Hati - Marlinda - Yusuf Suak.mp3 Unduh 1433k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Bakas Pusambang - Asmawi - Yopi Adam.mp3 Unduh 1320k v. 1 3 Jul 2012 21:34 usman ali Ć D_Balin Cakha - Kristia - Iwan Sagita.mp3 Unduh 1725k v. 1 3 Jul 2012 21:13 usman ali Ć D_Bandar Agung.mp3 Unduh 2076k v. 1 3 Jul 2012 20:10 usman ali Ć D_Bujanji - Minda - Cyber.mp3 Unduh 1268k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Bukhasan - Yuliani;Usman.mp3 Unduh 1434k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Busekhah.mp3 Unduh 1145k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_c Gedung Baru 2.mp3 Unduh 1318k v. 1 3 Jul 2012 20:10 usman ali Ć D_Gedung Baru.mp3 Unduh 2151k v. 1 3 Jul 2012 20:13 usman ali Ć D_HANIPI.mp3 Unduh 1437k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Jänjimu.mp3 Unduh 1101k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Kala dinana.Lmp.mp3 Unduh 1665k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Kawin Mulang Muakhi - Lilis Rolista.mp3 Unduh 1168k v. 1 3 Jul 2012 21:11 usman ali Ć D_Khugui Hati - Maeda Soraya - Zaenal AR.mp3 Unduh 1679k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Kumbang Debi - Erda S -Saleh Gunawan.mp3 Unduh 899k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Kundang - Laila AZ - Ikhsan Aswa.mp3 Unduh 1127k v. 1 3 Jul 2012 20:58 usman ali Ć D_Lalakun Muli Ganding - Yopi A - Agung Yun Siahera.mp3 Unduh 1384k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Lamban Sakhan- Atun Lista - Abdul Manaf.mp3 Unduh 1304k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Lampung_ Lalakun Khagah Ngukha.mp3 Unduh 1013k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_lapah nutu.mp3 Unduh 1111k v. 1 3 Jul 2012 21:29 usman ali Ć D_Lawi Ibung - Lisma Afrida - Erwin Ronis.mp3 Unduh 1441k v. 1 3 Jul 2012 20:31 usman ali Ć D_Layau Khasani - Maidi S - I Sagita.mp3 Unduh 1380k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Lesoh - Edi Pulampas - Erwinardho.mp3 Unduh 1502k v. 2 3 Jul 2012 21:13 usman ali Ć D_Lipang Jaoh - Maeda Soraya - Hasbuna.mp3 Unduh 1450k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Littak Littung - Iwan Sagita - Iwan Sagita_Aripin.mp3 Unduh 1360k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Lpsmangkungni000.mp3 Unduh 680k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Maklagi Kimak Niku - A Syahroni - A Syahroni.mp3 Unduh 1474k v. 1 3 Jul 2012 20:56 usman ali Ć D_Mak Tahan Lagi - Lia M L Komar.mp3 Unduh 967k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Megung Janji - Dani L_Rika S - Dani L.mp3 Unduh 1265k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Mekhanai - Mistiana - Ikhsan Aswa.mp3 Unduh 1041k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Mena Bulamban - Edi Pulampas - Edi Pulampas.mp3 Unduh 1064k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Menah Penah - Kristia - Hila H.mp3 Unduh 1115k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Mikhak Diniku - Devi - Romi Gebang_Zulian H.mp3 Unduh 1309k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Nangguh Mena.mp3 Unduh 1111k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Ngangguda - Laila AZ - - Ikhsan Aswa.mp3 Unduh 1197k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_nimba laok.mp3 Unduh 1204k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Nulung Kaci Kacepit - Iwan Sagita - Dani L.mp3 Unduh 1058k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Nyalikuk - Yopi A - A Hamid SY_Bathin Putra.mp3 Unduh 1091k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_nyambai_kampung batin.mp3 Unduh 1527k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Nyom Garenyom - Erwinardo - Erwinardo.mp3 Unduh 1453k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Nyusul Labung - Baharudin RS - Baharudin RS.mp3 Unduh 1617k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Pecoh Sangamuakhi - Susilawati - Susilawati.mp3 Unduh 1359k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Pekhmata Delom Kaca - Lilis Rolista.mp3 Unduh 979k v. 1 3 Jul 2012 21:39 usman ali Ć D_Pekhtama Tungga - Ari Saka - Tarwis M.mp3 Unduh 1215k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Pulipang Sakik - Lia Mayasari - Saleh Ali.mp3 Unduh 1220k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Sai Lamban Sai Tujuan - Andi Syahbana_Susilawati - Susilawat.mp3 Unduh 1428k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Salah Pegung - Baharudin RS_ Adi Dalpa.mp3 Unduh 1435k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Santokh Kudipa - Aini Cahya F - Erwinardho R.mp3 Unduh 1241k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Sayangku - Kristia - Hila H.mp3 Unduh 1133k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tabinta - Prety - Adam Santoni.mp3 Unduh 1113k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tahun 2000 - Nuridosia - Nuridosia.mp3 Unduh 1339k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tanda Mata - Ema - L Komar.mp3 Unduh 1228k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tanda Mata - Yopi Adam_Yani Salma-T Mimi _Yopi Adam.mp3 Unduh 1346k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tepik Cadang - Maeda Soraya - Zaenal AR.mp3 Unduh 1437k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tikacai - Ari Saka- Tarwis T.mp3 Unduh 1483k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tikham Jaoh - Zulaina - Rusli MU.mp3 Unduh 1034k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Tilenau - Ari Saka - Tarwis T.mp3 Unduh 1362k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tuba Kepayang - Indah F - A Syahroni.mp3 Unduh 1469k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Tumban - Ida Rohyana - Iwan Sagita.mp3 Unduh 1348k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Ubat Tikham- Lia M - L Komar.mp3 Unduh 1033k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć D_Udia - Iwan Sagita - Hafizi HS.mp3 Unduh 774k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Ukhung Bulamban - Rini Lestari - Tarwis T.mp3 Unduh 1418k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Wat Kudo - Devi Talia - Nofik Rajabasa.mp3 Unduh 1008k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Way Tuba - Dewi - Saleh Gunawan.mp3 Unduh 1274k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć D_Yulida - Asrul - Iwan Sagita.mp3 Unduh 1152k v. 1 3 Jul 2012 20:19 usman ali Ć D_Z.lagu DAYA MASNUN NB.mp3 Unduh 3497k v. 1 14 jam lalu usman ali Ć Enggok Lagi.mp3 Unduh 1114k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć Hanyuk Lamunan.mp3 Unduh 1395k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć hijjaz___irama_kasih.mp3 Unduh 4025k v. 1 17 Jun 2012 09:35 usman ali ċ http://ranau.16mb.com Tampilkan 17 Jun 2012 10:37 usman ali Ć keliling dunia.mp3 Unduh 998k v. 2 14 jam lalu usman ali ċ ke ranau Tampilkan 3 Jul 2012 21:14 usman ali Ć perjuanagan dan doa.mp3 Unduh 4323k v. 1 17 Jun 2012 10:02 usman ali Ć Sakheh.mp3 Unduh 1004k v. 2 14 jam lalu usman ali Ć Sayangmu Mak Lagi.mp3 Unduh 962k v. 2 14 jam lalu usman ali Add comment Name (required) E-mail (required, but will not display) Website :D:lol::-);-)8):-|:-*:oops::sad::cry::o:-?:-x:eek::zzz:P:roll::sigh:

ASAL USUL ORANG RANAU

ASAL USUL ORANG RANAU PDF | Print | E-mail FAQs - General Article Index ASAL USUL ORANG RANAU ASAL USUL ORANG RANAU ASAL USUL ORANG RANAU ASAL USUL ORANG RANAU ASAL USUL ORANG RANAU All Pages Page 1 of 5 Danau Ranau, sebuah danau yang terletak di bagian Tenggara pulau Sumatra, usianya sekitar 2 juta tahun. Munculnya Danau Ranau ini diperkirakan sebagai awal dari berbagai bencana besar lainnya, yang memusnahkan sebuah peradaban manusia di sepanjang Bukit Barisan. "Danau Ranau merupakan kaldera tua. Produk erupsinya adalah Tufa Ranau yang mengisi daerah lebih rendah Kaldera yang dalam bahasa Spanyol berarti wajan, merupakan fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. "Umurnya sekitar 2 juta tahun. Mungkin dapat dibandingkan dengan kaldera Maninjau yang berusia 80 ribu tahun, kaldera Toba yang berusia 74 ribu tahun, karena produk erupsinya mirip," Dengan penjelasan usia Danau Ranau tersebut, itu menandakan pada jalur Patahan Sumatra yang berada di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, pernah terjadi beberapa kali bencana gempa vulkanik yang sangat besar, sehingga memusnahkan banyak kehidupan atau peradaban di sepanjang Bukit Barisan. Salah satu buktinya, ditemukannya sejumlah artefak seperti patung megalitik yang usianya diperkirakan sekitar 2 ribu tahun Sebelum Masehi, yang disebut para peneliti sebagai peninggalan tradisi Megalitik Bukitbarisan Pasemah. Artefak-artefak ini ditemukan tersebar di berbagai dataran tinggi di Bukitbarisan, khususnya di Pagaralam, Lahat, Bengkulu, Lampung Barat, Ogan Komering Ilu, Ogan Komering Ilir, dan Jambi. Sebagian besar artefak-artefak itu ditemukan puluhan meter di dalam tanah. Dengan data itu, sangatlah wajar kewaspadaan harus ditunjukkan terhadap kemungkinan bencana besar di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, sebab jika keduanya "terbangun" kehidupan di sepanjang Bukit Barisan kembali tertimbun. Baca juga : http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Ranau Dengan melihat dari hal tersebut maka bisa di simpulkan Peradaban di Ranau telah berganti patah tumbuh puluhan bahkan mungkin ratusan kali, Lalu dari manakah dan kapankah peradaban pertama di ranau terbentuk ? Itu dalah pertanyaan pertama. ASAL USUL ORANG RANAU Anda pasti pernah mendengar kisah banjir nabi nuh. Di. Menurut para ahli hitung dan an merujuk dari kisah kisah di kiba suci baik di Alquran maupun di Injil banjir nabi nuh terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu, karena menurut perhitungan para ahli Perkiraan Masa Hidup Nabi dan Rasul ---------------------------- Nabi ==> Tahun ---------------------------- Adam ==> 5872-4942 SM Idris ==> 4533-4188 SM Nuh ==> 3993-3043 SM Hud ==> 2450-2320 SM Setiap rata setiap 250 Muhammad ==> 571-632 M (Sumber : Buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah Al-Maghluts) Artinya Banjir nabi nuh terjadi setelah BIGBANG dimana Allah menghancurkan Dunia supaya MAnusia sebagai insane yang sempurna bias hidup di Bumi ini, bias kita bayangkan jika Allah tidak menyesuaikan Bumi lalu UJUG UJUG kirim adam ke Dunia, belum lagibertemu siti hawa Bilau sudha di mangsa T-rex, dan akibatnya tentu Kita tidak pernah ada di bumi ini. Melihat dari data di atas maka disimpulkan Banjir nabi NUH terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu. Artinya danau ranau terbentuk jauh sebelum terjadinya Banjir Nabi Nuh. Ketika Banjir itu terjadi Nabi nuh beserta Rombongan sudah berada dalam Kapal yang sangat besar , berbulan bahkan mungkin bertahun mereka berlayar tanpa arah dan tujuan.. berangsur angsur banjir pun surut, lalu sedikit demi sedikit tampaklah daratan yang tak lain adalah puncak puncak gunung dan bukit. Maka sudha hamper pasti sebagai mahluk dari darat di tambah lagi untuk penyebaran mahluk di muka bumi supaya tidak terkonsentrasi pada satu daerah saja maka di turunkalah beberap pasang hewan dan manusia. Salah satunya adalah ketika kapal nabi nuh melintas di bukit barisan pertma yang mereka lihat adalah atas puncak puncak gunung diantaranya GUNUNG SEMINUNG (ketinggian ± 1.880M Diatas permukaan laut), di situlah maka di turunkan beberpa mahluk hidup termasuk beberpa pasang manusia. Begitupun ketika kapal nabi nuh melewati puncak gunung dempo, gunung, kerinci, gunung Sinabung dan lain sebagainya, dengan kata lain Nabi nuh membagi bagi para pengikutnya baik manusia maupun hewan ke setiap darat yang di lalui yang tak lain adalah puncak dari gunung gunung di dunia sebagai titik penyebaran pertama di suatu daerah. Dengan demikian maka asal usul orang ranau pertama adalah salah satu turunan dari nabi nuh, . dan itulah alas an mengapa Indonesia paling banyak sukunya, hal ini di sebabkan di Indonesia wilayahnya adalah pegunungan Selanjutnya, setelah banjir surut karena pada umumnya puncak gunung adalah daerah yang sulit unutk di tinggali maka mereka turun mencari daerah yang lebih nyaman, lalu mereka beranak pinak kawin mengkawin silang menyilang dan semakin lama semakin membesar , sehingga di tuntut untuk pembentukan KLAN KLAN baru dan setiap Klan di beri daerah kekuasaan. Hingga akhirnya manusioa tersebar di penjuru bumi. dalam hal ini bisa di katakan seluruh suku yang sekarang berbahasa lampung yang asal katanya adalah bahasa orang lambung adlah keturunan dari umat nabi nuh yang mendarat di gunung seminung, merujuk juga pada data data berikutnya, Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} Berikut buktinya Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung. (Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.."Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, **** Dalam hal ini para fakar sejarah lupa, yang dekat danau hanya ada satu yaitu GUNUNG SEMINUNG, tapi mengapa justru yang di sebut gunung pesagi ?) sumber : Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} http://id.wikipedia.org/wiki/Kepaksian_Sekala_Brak dan salah satunya melahirkan suku abung yang satu masa nanti memberontak karena kekejaman raja yang memerintah pada saat itu ,lalu suku pecahan dari orang lambung/lampung ini (KLAN ABUNG)menguasai daerah yang di sebut sekarang sebagai ranau Nah.. begitulah awal mulnya terbentuknya orang ranau. daan turunannya Setelah orang ranau ini menyebar, maka sampailah penyebaranya di sekitar lampung barat, krui, Bengkulu dan seterusnya. Hal ini di buktikan bahwa oleh sejarah Kerajaan kerajan atau peradaban peradaban kuno selalu berada di sekitar gunung. , Prev - Next >> Comments 0 #3 yadi 2012-07-12 18:37 boleh juga untuk menambah wawasan. . :P Quote 0 #2 Davranss 2012-07-06 01:58 MENARIK Quote 0 #1 uhuy 2012-07-05 23:57 :roll: induh wehhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhh hhhhh Quote Refresh comments list RSS feed for comments to this post Add comment

Ternyata…ASAL MUASAL RUMPUN SEMINUNG ADALAH DARI RANAU

Ternyata…ASAL MUASAL RUMPUN SEMINUNG ADALAH DARI RANAU PDF | Print | E-mail FAQs - General Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang berarti berasal dari ketinggian (Diandra Natakembahang:2005) ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung. Dari masa itu yang mulai tercatat, namun pernah kah kita tahu ? dari mana asalnya penduduk sekala brak ? mereka berasal dari ranau ! seperti yang saya coba terangkan Berikutnya dan menurut Pengamatan saya berdasarkan dari berbagi sumber adlah: Pada saat nabi nuh sekitar 6000 tahun yang lalu, menurunkan beberapa umatnya di gunung seminung. lalu setelah banjir semakin surut mereka turun dari gunung dan membuat komunitas sendiri semakin lama komunitas ini semakin besar akhirnya,mereka memcahkan diri menjadi 2 kelompok, kelompok pertama menyelusuri way selabung menuju utara, dan kelompok kedua menuju ke arah selatan , kelompok selatan , sementara kelompok induk tetap di sekitar danau ranau. perlu di ketahui salah satu sungai yang cukup besar yang berhulu di danau ranau adalah way selabung. karena itulahpengembangan pengembanagn dari suku induk menyebut mereka orang lampung, kata ini berasal dari kata se-labung berkembang oleh penutur penutur yang tidak terbiasa menjadi selampung, selampung artinya orang orang lampung, karena kata Se dalam bahasa ranau, menunjukan orang yang tidak di kenal namanya namun di ketahui asalnya, atau SI dalam bahasa indoneianya contoh dalam bentuk percakapan nya " sapa kek se liyu jeno " = siapakah yang lewat tadi "selampung, aga mit duway " = si lampung, mau ke air dari situlah orang orang menyebutnya sebagai orang orang dari selabung yang berkembang men jadi si lampung. Nah.. begitulah awal mulnya terbentuknya orang ranau/ orang lambung atau orang se labung. lalu kisah selanjutnya setelah terbentuk kerajaan Sekala Brak yang banyak di bahas oleh para Bloger-bloger yang tersebar di dunia maya kelanjutan dari kisah tersebut. Setelah orang ranau ini menyebar, maka sampailah penyebaranya di sekitar lampung barat, krui, Bengkulu dan sebagian lagi ke arah utara membentuk suku, daya komring haji dan seterusnya. yang mediami, muara dua, martapura dans eterusnya hingga ILIR (OKI) dan Hulu (OKU) . namun hal ini banyak tidak di akui dan di ketahui karena di ranau sendiri setelah Pemberontakan suku abung yang merupakan Sub Suku Budaya Rumpun Seminung ( Ranau/se-lampung/ selabung/ lambung ) di sekitar danau ranau tidak ada Kerajaan besar , karena setelah pemberontakan itu mereka mendirikan kerajaan Sekala Brak, yang mempunyai kekuasaan dan wilayah yang jauh lebih luas, Sehingga tercatat adalh kerajaan Sekala Brak saja, Raja sekala brak merasa mempunyai kuasa unutk mengambil kembali tanah leluhurnya dari suku abung. pun akhirnya sebagi tanah leluhur ranau dapat kembali di rebut oleh pemerintah yang sah, ( KErajaan Sekala Brak ) setelah perang saudara tersebut di akhiri dengan perjanjian hingga akhirnya suku abung di hukum untuk tidak boleh menguasai ranau karena ranau adalah tanah leluhur, yang mempunyai pesna alam, serta kekayaan, dan banayk memberikan kemudahan bagi masyarakat di sekitarnya ( aga iwa tinggal ngakuk, aga derian tinngal, mutil, aga bias tinggal ngegetas, pukok ni tumbai ni betik tilah ni tan sek tinggal di ranau no ) sementara "sebagai hukuman saudara suku abung harus menyingkir ke arah timur" mungkin seperti itulah titah raja Ranau Sekala Brak kepada para panglima abung..( halok ). Sementara ranau tetap dalam wilayah Kerajaan Sekala Brak, alasan mengapa kerajaan tidak lagi di pindahkan sekitar danau ranau karena alasan berikut.. 1. Daerah sekala brak dianggap lebih strategis, sehinga lebih mudah unutk mengatur daerah daerah satelitnya .karena lebih ketengah. selain itu unutk pertahanan dari serangan musuh sekala berak lebih tangguh karena selain di lindungi oleh gunung Pesagi , di utara di bentengi oleh gunung seminung , hal yang memungkinkan adalah datangnya musuh dari arah laut selatan, ini terbukti di abad ke 15 , kerajaan sekala berak beberapa daerahnya diserang oleh Kerajaan Banten melalui jalur laut. .......................**sekitar tahun 1550 suku bangsa Ranau ditaklukkan kesultanan Banten, yang membutuhkan sekitar Danau Ranau yang hampir sempurna kekayaan alamnnya, selain tanah yang subur, danau yang memanjakan para nelayan, kayanya hasil buminya, serta indahnya panorama alamnya ( lebih kurang bayangan penguasa banten ranau itu seperti surga kecil di atas bumi .. halok sehingga begitu nafsunya dia untuk menguasai )pada penyerangan ini banyak sekali bangsa ranau yang terbunuh 2. Sekala brak merupakan dataran yang cukup luas dan subur , memungkinkan unutk pengembangan ibu kota kerajan dan lahan pertanian. 3. sekala brak lebih dekat dan lebih mudah unutk mencapai pantai selatan, sebagai pintu gerbang untuk pergaulan dengan manca negara. selanjut nya dari pada itu...... sebagai pendukung yang mengarahkan bahwa semua penutur bahasa turunan dari Ranau/lambung./ selabung berasal dari suku induk yaitu suku ranau .... Berikut buktinya Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kepaksian_Sekala_Brak Sekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang mengalami era Hindu Budha atau era Keratuan dan era Islam atau era Kesultanan. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini. Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated...". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.."Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Namun setelah saya Tanya sama mbah google translate arti sebenarnya adalah: Jika Anda bertanya kepada orang Lampoon dari bagian ini, di mana awalnya datang dari mereka menjawab dari bukit-bukit, dan menunjukkan tempat pulau dekat mana danau besar, oey itu, nenek moyang mereka beremigrasi ... ****buku ini di jual di toko buku dan sudah di terjemahkan dalam bahas Indonesia, saya sendiri pernah membacanya .Dalam hal ini para fakar sejarah lupa, yang dekat danau hanya ada satu yaitu GUNUNG SEMINUNG, tapi mengapa justru yang di sebut gunung pesagi ?Padahal jarak dari gunung pesagi ke danau ranau adalah paling tidak 30 KM sementara gunung seminung persis di pinggir danau ranau (klik link) Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, peradaban ranau kuno, selain punah karena bencana alam juga akibat perang saudara dengan bangsa abung, yang tidak hanya menghilangkan 1 generasi penutur, namun juga membakar semua data data yang umumnya di tulis di kulit kulit kayu. Selain itu juga hal itu karena kita orang ranau tidak pernah perduli dengan sejarah dan kebudayaan kita sendiri. Kutipan selanjutnya. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kepaksian_Sekala_Brak Diriwayatkan di dalam Tambo bahwa para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak adalah berasal dari Pagaruyung.Lalu, Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu: Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Kuno) Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau) Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya) ** tidak bisa di jadikan fakta karena tumbuhan ini tidak hanya ada di pesagi, namun juga di tempat lain termasuk di ranau " analisa dan kesimpulan saya adalah: Kutipan tersebut sulit di terima . Karena ASAL MUASAL ORANG LAMPUNG ADALAH DARI RANAU, (Baca lagi cerita ranau ) dan Orang ranau/ lampung bukan dari turunan padang atau pagaruyung mengapa ? Melihat dari bahasa adalah hal yang sangat tidak mungkin, bahasa ranau mempunyai kosa kata sendiri, dan umumnya sangat jauh dari bahasa minang.. pada masa itu memang ada kemungkinan ada eksodus dari suku minang kearah ranau/ lampung, tapi tentunya setelah lampung sendiri sudah berpenduduk yaitu suku ranau., namun di masa kerajaan ranau sekala brak. Atau masa masuknya islam ke daerah ranau. Beralih nya kepercayaan ranau kuno ke kepercayaan islam secara otomatis mempengaruhi adapt istiadat dan kebudayaan orang ranau saat ini, jadi tidak menampik ada kesamaan kebudayaan dan adat istiadat orang lampung /Ranau sekarang dengan kebudayaan dari minang kabau. Namun tidak pernah bias mengubah bahasanya. Artinya para pembawa islam dari minang tidak pernah menjadi penguasa, mereka hanya menjadi penyebar agama islam saja. Seperti yang saya coba ungkapkan pada halaman sebelumnya kesimpulannya adalah : Setelah orang ranau kembali menguasai daerah ranau, namun tidak lagi mendirikan kerajaan, karena kerajaan ranau sudah pindah ke skala brak sebagai ibu kotanya, dan sudah lumrah. Berpindahnya ibukota atau pusat pemerintahan pada kerajaan, selain disebabkan oleh bencana alam, juga di karenakan kekalahan perang, jadi saat kunjungan utusan cina datang ke sumatera, pemerintahan kerajaan ranau sudah pindah di sekala brak . Di beri nama sekala berak karena pendirinya datang dari daerah SEGARA BRAK ( air yang luas = danau ranau) Lalu pertanyaan selanjutnya adalah mengapa hanya sekala brak yang tercatat ? Ini dia :Berikut kutipan lainnyaDalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.Artinya tercatatnya sejarah baru terdeteksi pada abad ke 4, dan lagi pulaBaru Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung. Kutipan selanjutnya,Abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa dan Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa. ( sudah pernah saya tuturkan berdasarkan cerita kajong, ini terlihat benang merahnya,) Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa.Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju ke arah utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003).Dan itu adalah perluasan penguasa ranau untuk cakupan kerajaan untuk menambah pengetahuan anda Baca juga dan cari kata ranau :http://arkeologi.palembang.go.id/?nmodul=halaman&kat&judul=penelitian-permukimanhttp://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/18/name/lampung/detail/1804/lampung-barathttp://melayuonline.com/ind/history/dig/409/kerajaan-skala-brakhttp://alumni-ut.com/macan-komring/http://www.indowebster.web.id/archive/index.php/t-204897.html?s=7e644095ac1516d04bda26b8d7c748dchttp://husnul70.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournalhttp://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=20756-Danau-Ranau,-Jejak-Peradaban-Pasemah-yang-Musnahhttp://protomalayans.blogspot.com/2010/05/suku-ranau.htmlUgokhan Batin: Sekilas SEKALA BRAKugokhanbatin.blogspot.com/.../selayang-pandang-kerajaan-adat-paks...Tentang Iondonesia -Kolom umum-indonesia-life.com/kolom/allread/1100/oya/reno/4227.htmlhttp://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=171437038189&id=127469433189http://wisata.multiply.com/journalhttp://alumni-ut.com/macan-komring/detikNews : Danau Ranau, Tanda Bencana yang Musnahkan ... news.detik.com/.../danau-ranau-tanda-bencana-yang-musnahkan-per... http://bagussigitsetiawan.blogspot.com/2011/11/kerajaan-kandis-atlantis-nusantara.html dan seterusnya..............masih banyak referensi lainnya puluhan bahkan ratusan yang mendukung kalu bangsa tumi pendiri kerajaan Skala brak dating dari daerah danau ranau.Dan yang perlu di luruskan adlah danau ranau berlatar belakang gunung seminung bukan gunung pesagi Jarak antara gunung seminung ke gunung pesagi sekitar 30 km Sudah menjadi suatu keharusan peradaban peradaban di dunia selalu berada di dataran tinggi dan berdekatan dengan sumber air. begitu pula Peradaban ranau kuno. dengan tidak mengesampingkan kebesaran kerajaan SKALA BRAK yang di anggap sebagai cikal bakal bangsa lampung, namun analisa saya merujuk pada masa sebelum kerajaan Sekala Brak, dan asal pendiri kerajaan Sekala Brak, kunjungan utusan cina pertama Menurut data Cina Koying telah melakukan perdagangan dalam abad ke 3 M juga di Pasemah wilayah Sumatra Selatan dan Ranau wilayah Lampung telah ditemukan petunjuk adanya aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Tonkin atau Tongkin dan Vietnam atau Fu-nan dalam abad itu juga. Malahan keramik hasil zaman dinasti Han (abad ke 2 SM sampai abad ke 2 M) di temukan di wilayah Sumatera tertentu. lebih lengkap klik di sini belum di sebut kan kerajaan sekala brak namun yang di sebut adalah RANAU kunjungan ini terjadi pada abad k-3M, sementara kerajaan Sekala Brak berdiri pada abad ke 4. lebih meyakin kan copy paste link ini ke new tab http://arkeologi.palembang.go.id/?nmodul=halaman&kat&judul=pemukiman-kuno http://arkeologi.palembang.go.id/?nmodul=halaman&kat&judul=penelitian-permukiman Sampai jumpa...