Sunday 30 September 2012

Gamolan, Alat Musik Tradisional Lampung*

Gamolan, Alat Musik Tradisional Lampung* REP | 19 July 2012 | 09:21 Dibaca: 406 Komentar: 0 2 dari 2 Kompasianer menilai menarik Mahasiswi Program studi Tari Universitas Lampung memainkan alat musik asli Lampung Gamolan di Lapangan Korpri Rabu (7/12). Pemprov Lampung menggelar acara pemecahan rekor museum rekor Indonesia (MURI) tabuh gamolan Lampung,Pemecahan rekor akan dilakukan dengan menabuh gamolan selama 25 jam oleh 25 grup yang terdiri dari 25 penabuh. Sumber: TRIBUNNEWS.COM/Perdiansyah Mahasiswi Program studi Tari Universitas Lampung memainkan alat musik asli Lampung Gamolan di Lapangan Korpri Rabu (7/12). Pemprov Lampung menggelar acara pemecahan rekor museum rekor Indonesia (MURI) tabuh gamolan Lampung,Pemecahan rekor akan dilakukan dengan menabuh gamolan selama 25 jam oleh 25 grup yang terdiri dari 25 penabuh. Sumber: TRIBUNNEWS.COM/Perdiansyah Pukulan-pukulan kecil mulai dihentakkan. Kadang cepat, kadang melambat. Semuanya dalam kesatuan nada sehingga menimbulkan alunan bunyi seirama. Tepat pukul 10.05 WIB, 25 orang mulai memainkan alat musik tradisional Lampung, gamolan, untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada awal Desember 2011 lalu. Gamolan merupakan alat musik pukul serupa gamelan di Jawa. Alat musik yang terbuat dari bambu itu diperkirakan sudah dimainkan masyarakat Lampung kuno sejak abad ke-4 masehi. Meskipun demikian, hingga awal abad 21, banyak masyarakat Lampung tidak mengetahui hal tersebut. Adalah Margaret J Katomi yang berhasil mendapatkan penemuan itu. Peneliti asal Australia tersebut melakukan penelitian terhadap alat musik itu selama 27 tahun sejak 1980. “Ketika saya sedang melewati Liwa (Lampung Barat), ada orang yang memainkan gamolan. Saya tertarik karena belum pernah mendengar bunyi serupa itu dari alat musik lain. Di seluruh dunia, tidak ada bunyi seperti ini (gamolan). Sebagai ekomusikologi, saya tertarik untuk meneliti gamolan,” terang Margaret. Berbeda dengan gamelan, gamolan merupakan alat musik tunggal yang bisa dimainkan sendiri tanpa digabungkan dengan alat musik lain. Sedangkan, gamelan baru bisa dimainkan dalam bentuk orkestra bersama alat musik lain. Margaret menerangkan, usia gamolan pun diyakini lebih tua dibandingkan dengan gamelan. Bukti itu terlihat dalam relief Candi Borobudur. Pada salah satu relief, gambar serupa gamolan sudah terpampang. “Berarti, gamolan sudah ada sebelum candi itu dibangun. Mereka membangun relief tentunya karena melihat kejadian yang sudah ada,” papar Margaret. Gamolan yang ada saat ini, menurut Margaret, telah memiliki perbedaan dibandingkan dengan gamolan kuno. Gamolan kuno memiliki delapan bilah bambu yang sejajar di atas satu bongkahan bulat bambu sebesar sekitar lengan orang dewasa. Delapan bilah bambu masing-masing mewakili delapan tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara, gamolan modern hanya memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Satu tangga nada yang hilang adalah tanga nada fa. Margaret mengatakan, dirinya pun belum memahami alasan penghapusan tangga nada fa. “Saya belum tahu alasannya kenapa. Saya rasa saya akan meneliti kembali hal itu,” terang Margaret. Perbedaan lain antara gamolan kuno dan modern adalah musisi yang memainkan gamolan. Gamolan kuno dimainkan dua orang untuk satu alat musik. Sementara, gamolan modern bisa dimainkan satu orang. Margaret meyakini, gamolan merupakan alat musik tradisional asli Lampung. Hal itu karena gamolan hanya bisa ditemukan di Lampung Barat dan Way Kanan. Keberadaan gamolan di Way Kanan diduga karena budaya tersebut dibawa dari Lampung Barat. Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said mengatakan, pemprov berinisiasi mengadakan pemecahan rekor MURI supaya gamolan menjadi identik sebagai alat musik tradisional Lampung. “Penemuan gamolan ini merupakan sejarah bagi Lampung. Tetapi, kita masih sering lalai dengan sejarah. Sehingga, bangsa lain bisa mengklaim sejarah milik kita. Pemecahan rekor MURI ini supaya gamolan menjadi identik dengan Lampung. Kami juga akan berupaya mempatenkan alat musik ini,” jelas Joko. Pemecahan rekor MURI dilakukan dengan memainkan gamolan selama 25 jam tanpa henti. Acara yang berlangsung di Lapangan Korpri Kompleks Kantor Pemprov Lampung itu diikuti 25 kelompok dengan 25 gamolan. Masing-masing kelompok akan bermain selama satu jam. Para pemukul gamolan sebanyak 625 orang terdiri dari pelajar mulai dari SD hingga SMA dan mahasiswa. Joko mengatakan, hal ini merupakan upaya agar gamolan bisa mulai dipelajari di sekolah. “Ini alat musik tradisional khas Lampung. Nantinya, ini harus dikenalkan (kepada pelajar) di sekolah-sekolah,” terang Joko. [] *Tulisan ini telah diterbitkan di Tribun Lampung pada 8 Desember 2011

No comments:

Post a Comment