Tuesday, 4 September 2012

Menurut saya Minanga itu MINANGA didaerahng T komriiuh-Oku Sumsel

Skip to content Skip to main navigation Skip to first column Skip to second column Arkeologi Indonesia Increase font size Default font size Decrease font size HOME Articles Arkeologi Prasejarah Arkeologi Klasik Arkeologi Islam Arkeologi Kolonial Arkeologi Bahari Arkeologi Kesejarahan Epigrafi & Manuskrip Etnoarkeologi Permuseuman Berita Arkeologi Wacana Arkeologi Pojok Arkeologi Arkeologi Publik Arkeologi Jender Tokoh Arkeologi Mitos, Legenda dan Tutur Memori dan Catatan Perjalanan Resensi Buku Arkeosinologi Numismatik Galleries Arkeologi Prasejarah Arkeologi Klasik Arkeologi Islam Arkeologi Kolonial Arkeologi Bahari Epigrafi Berita Arkeologi Lain-lain Contact Us Guestbooks Arkeo Link Ebook Arkeologi Situs Arkeologi Link Partners Sitemap HOME Articles Epigrafi & Manuskrip Menelusuri Makna Prasasti Kedukan Bukit (Sriwijaya) Menelusuri Makna Prasasti Kedukan Bukit (Sriwijaya) Thursday, 08 May 2008 09:54 administrator E-mail Print PDF Article Index Menelusuri Makna Prasasti Kedukan Bukit (Sriwijaya) page 2 page 3 All Pages Diantara prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya, prasasti Kedukan Bukit paling menarik diperbincangkan. Di samping banyak mengandung kata yang tidak mudah ditafsirkan, prasasti tersebut oleh beberapa sarjana dianggap mengandung kunci pemecahan masalah lokasi ibukota kerajaan besar itu, yang mendominasi pelayaran dan perdagangan internasional selama empat abad. Dari segi ilmu bahasa, prasasti Kedukan Bukit merupakan pertulisan bahasa Melayu-Indonesia tertua yang pernah ditemukan sampai saat ini. Menelusuri Makna Prasasti Kedukan Bukit (Sriwijaya) Alkisah, di daerah Kedukan Bukit, Palembang, terdapat batu bertuliskan huruf kuno yang dikeramatkan penduduk. Jika diadakan perlombaan berpacu perahu bidar di Sungai Musi, perahu yang akan dipakai ditambatkan dulu pada batu itu dengan harapan memperoleh kemenangan. Pada bulan November 1920, Batenburg seorang kontrolir Belanda mengenali batu itu sebagai prasasti. Penemuan itu segera dilaporkan pada Oudheidkundigen Dienst (Dinas Purbakala). Akhirnya, prasasti itu tersimpan di Museum Pusat Jakarta dengan nomor D.146. Pada tahun itu juga, Residen Palembang L.C. Westenenk menemukan prasasti lain di daerah Talang Tuwo. Di Museum Pusat prasasti itu bernomor D.145. Kemudian kedua prasasti itu ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Philippus Samuel van Ronkel dalam tulisannya, “A Preliminary Notice Concerning Two Old Malay Inscriptions in Palembang”, pada majalah ilmiah Acta Orientalia, Volume II, 1924, hh. 12-21. Isi Prasasti Prasasti Kedukan Bukit bertarikh 604 Saka (682 M) dan merupakan prasasti berangka tahun yang tertua di Indonesia. Terdiri atas sepuluh baris, tertulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno, masing-masing baris berbunyi sebagai berikut: 1. Swasti, sri. Sakawarsatita 604 ekadasi su- 2. klapaksa wulan Waisakha Dapunta Hyang naik di 3. samwau mangalap siddhayatra. Di saptami suklapaksa 4. wulan Jyestha Dapunta Hyang marlapas dari Minanga 5. tamwan mamawa yang wala dua laksa dangan kosa 6. dua ratus cara di samwau, dangan jalan sariwu 7. telu ratus sapulu dua wanyaknya, datang di Mukha Upang 8. sukhacitta. Di pancami suklapaksa wulan Asada 9. laghu mudita datang marwuat wanua ..... 10. Sriwijaya jayasiddhayatra subhiksa Terjemahan dalam bahasa Indonesia modern: 1. Bahagia, sukses. Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas 2. paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di 3. perahu melakukan perjalanan. Di hari ketujuh paroterang 4. bulan Jesta Dapunta Hyang berlepas dari Minanga 5. tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan 6. dua ratus koli di perahu, dengan berjalan seribu 7. tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang 8. sukacita. Di hari kelima paroterang bulan Asada 9. lega gembira datang membuat wanua ..... 10. Perjalanan jaya Sriwijaya berlangsung sempurna Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra (perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanan itu bukanlah piknik, melainkan ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan Bukit, kita mendapatkan data-data: 1. Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682). Tidak ada keterangan dari mana naik perahu dan mau ke mana. 2. Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara. Rombongan lalu tiba di Muka Upang (sampai kini masih ada desa Upang di tepi Sungai Musi, sebelah timur Palembang). 3. Dapunta Hyang membuat ‘wanua’ tanggal 5 Asada (16 Juni). (Penyesuaian tarikh Saka ke tarikh Masehi diambil dari Louis-Charles Damais, “Etude d’Epigraphie Indonesienne III: Liste des Principales Datees de l’Indonesie”, BEFEO, tome 46, 1952). Prasasti Kedukan Bukit hanya menyebutkan gelar Dapunta Hyang tanpa disertai nama raja tersebut. Dalam prasasti Talang Tuwo yang dipahat tahun 606 Saka (684 M) disebutkan bahwa raja Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanasa menitahkan pembuatan Taman Sriksetra tanggal 2 Caitra 606 (23 Maret 684). Besar kemungkinan dialah raja Sriwijaya yang dimaksudkan dalam prasasti Kedukan Bukit. Timbul setumpuk pertanyaan: Di manakah letak Minanga? Benarkah Minanga merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya, ataukah hanya daerah taklukan Sriwijaya? Apakah arti kalimat ‘marwuat wanua’? Benarkah kalimat itu menyatakan pembangunan sebuah kota seperti pendapat banyak ahli sejarah? Benarkah peristiwa itu merupakan pembuatan ibukota atau perpindahan ibukota Sriwijaya? Demikianlah prasasti Kedukan Bukit mengandung banyak persoalan yang tidak sederhana. “This text has caused much ink to flow” kata Prof. Dr. George Coedes dalam bukunya, The Indianized States of Southeast Asia, University of Malaya Press, Kuala Lumpur, 1968, h. 82. Beberapa Tafsiran Pada tahun 1975 Departemen P dan K menerbitkan enam jilid buku Sejarah Nasional Indonesia yang ditetapkan sebagai buku standar bagi pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Jilid II membahas Zaman Kuna, disusun oleh Ayatrohaedi, Edi Sedyawati, Edhie Wuryantoro, Hasan Djafar, Oei Soan Nio, Soekarto K. Atmojo dan Suyatmi Satari, dengan editor Bambang Sumadio. Tafsiran mereka terhadap isi prasasti Kedukan Bukit adalah sebagai berikut: Dapunta Hyang memulai perjalanan dari Minanga Tamwan, kemudian mendirikan kota yang diberi nama Sriwijaya. Mungkin sekali pusat Sriwijaya terletak di Minanga Tamwan itulah, daerah pertemuan sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri (Sejarah Nasional Indonesia, II, Balai Pustaka, Jakarta, 1977, h. 53). Dr. Buchari, ahli epigrafi terkemuka, dalam tulisannya “An Old Malay Inscription of Srivijaya at Palas Pasemah (South Lampung)”, Pra Seminar Penelitian Sriwijaya, Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, Jakarta, 1979, hh. 26-28, memberikan penafsiran yang berbeda: Pada mulanya Kerajaan Sriwijaya berpusat di Minanga yang terletak di Batang Kuantan, di tepi Sungai Inderagiri, dengan alasan minanga = muara = kuala = kuantan. Lalu pada tahun 682 Dapunta Hyang menyerang Palembang dan membuat kota yang kemudian dijadikan ibukota kerajaannya yang baru. Jadi pada tahun 682 terjadi perpindahan ibukota Sriwijaya dari Minanga ke Palembang. Dr. Slametmulyana, ahli filologi ternama, dalam bukunya Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi, Idayu, Jakarta, 1981, hh. 73-74, berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya selamanya beribukota di Palembang dan tidak pernah berpindah-pindah. Isi prasasti Kedukan Bukit tidak ada hubungannya dengan pembuatan kota Sriwijaya, dan Minanga yang disebutkan dalam prasasti itu hanyalah sebuah daerah taklukan Sriwijaya. Slametmulyana melokasikan Minanga di Binanga, yang terletak di tepi Sungai Barumun, Sumatera Timur. Prev - Next >> Comments #19 Cahyo 2012-08-29 06:04 Dapunta Hyang juga menyerang Taruma Negara & Galuh (kalau gak salah prasasti kota kapur ) tapi gagal, mungkin ditahan Sanjaya. Sanjaya sendiri kawin dengan dewi Sudiwara (keturunan syailendra) punya anak Rakai Panamkaran, yang disuruh masuk agama budha & mendekat ke keluarga syailendra. Panamkaran dibujuk keluarga syailendra. #18 Cahyo 2012-08-29 05:57 Sebelum Palembang, nenek moyang Dapunta Hyang berada di Kampar (muara Takus), kemudian beliau merebut Jambi ( Melayu kuno) sampai Palembang. Pergi ke Minanga (Binanga di Sumut) mendapat tambahan pasukan untuk merebut Semenanjung Melayu, setelah sukses kembali ke Palembang mendirikan istana. Sedangkan Dapunta Syailendra kemungkinan masih bersaudara dengan dapunta Hyang, kawin dengan putri ratu Shima dari kalingga Jateng, menurunkan raja2 Kalingga Timur (Bumi Sambara). #17 Sheera 2012-07-10 20:14 Dapunta Hyang yang dituliskan dalam prasasti itu juga yang membangun Kerajaan Dharmasaraya di Sumatera sepulangnya dari Malaka. Sistem memperluas kekuasan Kerajaan Sriwijaya dari dulu selalu melakukan ekspansi ke daerah-daerah tanpa harus menaklukan daerah tersebut tapi dengan cara asimilasi, kemudian membangun sebuah kerajaan di daerah yang didatangi. Di Kalimantan, Dia dikenal dengan sebutan Datuk Rimba atau Raja Rimba yang kemudian membangun Kerajaan Candi Laras. #16 Sheera 2012-07-10 20:11 Dia juga Raja yang terkenal dengan Kapal Lancang Kuningnya dan sebutan Raja Gentar Alam. Atau tepatnya, dia juga adalah Raja yang beristri Putri Kembang Salako, puteri asal Pagaralam dan memiliki anak yang bernama Dara Jingga yang menikah dengan Komandan Ekspedisi Pamalyu, Mahisa anabrang atau Kebo Anabrang dan melahirkan Adityawarman. Dan anak keduanya adalah Dara Petak yang menikah dengan Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. #15 Sheera 2012-07-10 20:10 Itu bukan Dapunta Hyang Jayanasa, karena sebutan Dapunta Hyang adalah sebuah gelar yang diberikan kepada semua Raja Sriwijaya. Tepatnya, itu adalah Prameswara, Raja Sriwijaya ke-X yang melakukan perjalanan ke Kalimantan. Dia adalah Raja Sriwijaya yang diusir dari Sriwijaya karena telah meyakini agama Islam yang kemudian lari ke Malaka dan mendirikan Kerajaan Malaka. #14 2012-01-13 12:31 Minanga-minanga tiuh ygterletak di daerah komring,bahasa yg digunakan adalah bahasa komring. #13 2012-01-13 12:27 MINANGA menurut sayaadalah derah MINANGA yg terletak di daerah KOmring kab OKU Sumsel.sungai di komring bermuara ke palembang,DAN Bahasa yg dipakai sebagian bahasa suku Komring,MINANGA ADALAH dusun tua yg sdh ada dari jaman dahulu. #12 2012-01-13 12:19 Menurut saya Minanga itu MINANGA didaerahng T komriiuh-Oku Sumsel-Masyarakatnya disebut Suku Komring,karna bahasa yg dipakai bahasa komring.Menurut cerita org tua mrk dhl,mrk sering ke brunai,Malaisia . #11 2011-12-19 11:44 Saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa daerah minanga merujuk ke desa binanga sekarang karena alasan nomor 1 dan 2 di atas bila saya bayangkan berdasarkan letak geomorfologi zaman dahulu kurang sesuai. #10 2011-10-13 08:46 Apa2pun, mengikut I-tsing yang ada mencatatkan tentang Palembang pada 671 M, dan prasasti kedukan bukit itu di catat pada 682 M, perpindahan ke Palembang tidak mungkin betul. Mengikut catatan lain, Sriwijaya sudah wujud pada abad ke-6 lagi. Mengenai Minanga, ia seperti yang diusulkan sebelum ini, iaitu, mungkin juga nama tempat/bandar yang di buka oleh orang2 Minang, samada di Kampar atau di Kuantan - seperti pendapat2 yang disebutkan di dalam article ini. 12 Refresh comments list RSS feed for comments to this post. Add comment Name (required) E-mail (required) 500 symbols left Notify me of follow-up comments Security code Refresh Send User Account Username Password Remember Me Forgot your password? Forgot your username? Create an account Random Image Gentong Gentong Latest Articles Arkeolog Temukan Korek ... HUT Ke-99 House of Samp... Kawah Baru Hasil Tubruk... Jejak Hutan Tropis Dite... Pemugaran Candi Ngawen ... Situs Terung Ditemukan ... Makam Pangeran Suku May... Colosseum Roma Kini Jug... Candi Kayen Sumbang Ilm... Kuil Kuno Maya Ditemuka... Who's Online We have 33 guests online Guestbooks 04-09-2012 Aspittyordits oMm 7tB n6j iBn 0eT h7y iPt 4dU b0e zYq 9uV m1d wPm 1aQ m9g tSm 1nW x8m cSj 7vD q1k iEl 3zX j5o... readmore 04-09-2012 AmowewDer Eknhyy sac chanel Lngjnr sac chanel pas cher Ogrlpe sacs chanel Rtqdox http://sacschanelpascher.... readmore 04-09-2012 ConMoifereolf xRg 9mN g4r lRo 6kY n3h tCq 3bA a1k uLy 4zN w4g http://www.ugg-australia4-outlet.net The title... readmore 04-09-2012 Vandiser otc male enhancement NeoSize XL is an competent reasonable rubric developed to restore penile bloo... readmore 04-09-2012 Mccoy1973 I precisely wished to thank you very much again. I'm not certain the things I might have undertaken ... readmore Comments 31-08-2012ycheng111 Mammoth Terkecil Cuma Seb... Bell & Ross Watches readmore 30-08-2012adi latief Bangunan Kuno Lasem Teran... membaca artikel ini aku sangta tertarik sekali utk mengunjungi kota lasem. sebagai pecinta bangunan ... readmore 29-08-2012zaenul haq Bisnis Uang Lama Menguntu... saya kolektor uang lama serta barang2 lainnya dari Lombok, NTB.. yang berminat membeli uang lama bis... readmore 29-08-2012Cahyo Menelusuri Makna Prasasti... Dapunta Hyang juga menyerang Taruma Negara & Galuh (kalau gak salah prasasti kota kapur ) tapi gagal... readmore 29-08-2012Cahyo Menelusuri Makna Prasasti... Sebelum Palembang, nenek moyang Dapunta Hyang berada di Kampar (muara Takus), kemudian beliau merebu... readmore RSS Link Partners: Direktori Indonesia | Indonesia Advertising | Info Bali | Soetomboz Our site is valid CSS Our site is valid XHTML 1.0 Transitional Copyleft © 2007 - 2012 Arkeologi Indonesia. Powered by Joomla! Website build & maintenance by Soetomboz.

3 comments:

  1. berdasarkan keterangan itsing sriwijaya sudah ada tahun 670 dan bernama kerajaan she-li-foshi ibukotanya foshi terletak di sungai foshi. jelas kerajaan shelifoshi bukanlah ejaan untuk minangatamwan. kota foshi juga bukanlah ejaan untuk kota minangatamwan, sungai foshi juga bukanlah ejaan untuk sungai minangatamwan. kerajaan shelifoshi adalah ejaan untuk kerajaan srwijaya kota foshi adalah ejaan untuk kota mushi/palembang, sungai foshi adalah sungai mushi. hal ini sudah terjadi jauh sebelum pristiwa sidhayatra 683M. jadi tahun 683M bukanlah pendirian kerajaan sriwijaya/kerajaan shelifoshi, dan bukan pula pemindahan ibukota dari minangatamwan ke kota foshi. 683M adalah kerajaan sriwijaya menaklukan minangatamwan. teori codes dan slamet mulyanna dll menegaskan minangatamwan adalah taklukan kerajaan sriwijaya. berdasarkan bahasa prasasti sriwijaya yang dikeluarkan dapuntahyang sri jaya nasa adalah bahasa melayu palembang bercampur bahasa india dan bahasa sunda. maka dapat di simpulkan dapuntahyang sri jaya nasa adalah keturunan melayu palembang bercampur turunan india dan turunan sunda. atau bisa jadi dapuntahyang asli melayu pak lembang. berdasarkan keterangan Itsing th 671 dan 685 dan catatan dinasti Tang th 670 tentang utusan kerajaan Sriwijaya/ Shelifoshi datang ke Tiongkok dan prasasti kedukan bukit 683 1. Minangatanwan bukan Shelifoshi/ Sriwijaya 2. Selifoshi= Sriwijaya ibukotanya kota foshi sama dengan ujung nama kerajaannya dan terletak di sungai Foshi, nama sungainya sama dengan nama ibukotanya 3. Minangatamwan bukan ibukota Shelifoshi sebab minangatamwan tidak sama dengan nama ujung Sriwijaya ( Jaya ) 4. ibukota Shelifoshi adalah kota Foshi/ kota musi/ kota jaya/ kota makmur, wijaya= kemakmuran, Sriwijaya= cahaya kemakmuran 5. Minangatamwan bukan asal Shelifoshi/ Sriwijaya 7. Minangatamwan adalah taklukan Sriwijaya 8. Tidak ada pendirian kerajaan Sriwijaya/ Shelifoshi th 683 sebab th 670 Kerajaan Sriwijaya sudah berdiri sudah mengirim duta ke tionkok itsing juga sudah tinggal 6 bulan di Sriwijaya/Shelifoshi 9. Tidak ada perpindahan ibukota kerajaan Shelifoshi, Sebab ibukota Shelifoshi/ Sriwijaya th 670= 685 yaitu kota Foshi. Kalau terjadi pemindahan ibukota th 683 itu pasti Itsing juga merubah sebutannya untuk ibukota yang baru itu tapi Itsing tidak merubah nama ibukota Shelifoshi th 685, artinya tidak ada perpindahanibukota Sriwijaya/Shelifoshi alias tetap berada di kota foshi. 10. Tidak ada pergantian nama kerajaan Shelifoshi sebab jiga berganti nama dari MInangatamwan/ Melayu menjadi Sriwijaya/ Shelifoshi pasti Itsing th 685 mengganti sebutan kerajaan Sriwijaya/ Shelifoshi. tapi Itsing tidak mengganti nama Shelifoshi. Itsing masih menyebut kerajaan Shelifoshi. Lagipula yang disebut itsing Shelifoshi adalah Sriwijaya bukan Minangatamwan. 11. itsing menyebut th 685 Melayu dan Kedah telah menjadi milik Shelifoshi 12. kerajaan yang melakukan sidhayatra/ penyerangan th 683 adalah kerajaan Sriwijaya dan kota jaya { Sriwijaya jaya Sidhayatra } bukan Minangatamwan 13. Nama- nama yang disebut Itsing selain Shelifoshi berarti bukan Sriwijaya negri negri yang disebut Itsing diantaranya moloyeu= Melayu, tolang pohwang= tulang bawang/ Lampung, slapoun= Slabumg/ Komering, chaca= kedah, Holotan= klantan dll berdasarkan keterangan itsing,codes, Slamet mulyana, corm dll minangatamwan adalah taklukan kerajaan sriwijaya.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete