Sunday, 30 September 2012
Peninggalan Sejarah: 480 Kitab Kuno di Masjid Jami' Al Anwar 'Merana"
September 7, 2010
Peninggalan Sejarah: 480 Kitab Kuno di Masjid Jami' Al Anwar 'Merana"
BANDAR LAMPUNG — Sedikitnya 480 kitab kuno yang berbahasa Belanda, Melayu, dan Arab yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu kini tersimpan di Masjid Jami Al-Anwar, Jalan Laksamana Malahayati, Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung. Namun, kitab kuno peninggalan para ulama muslim baik dari Indonesia dan dunia tersebut kondisinya memprihatinkan. Terbengkalai, acak-acakan, dan sudah banyak yang rapuh.
KITAB KUNO. Pengurus Masjid Jami Al Anwar, Jalan Laksamana Malahayati, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, Tjek Mat Zein, memperlihatkan kitab kuno yang terbengkalai, Kamis (2-9). Kitab kuno yang mempunyai nilai sejarah tersebut seharusnya dirawat dan dimanfaatkan dengan baik. (LAMPUNG POST/IKHSAN)
Benda bersejarah ini hanya disimpan "di gudang" dan di dalam menara masjid tertua di Bandar Lampung tersebut. Padahal, kitab kuno berumur ribuan tahun atau sejak tahun 1300-an itu merupakan "harta karun" yang tak ternilai harganya. Namun, kini harus "merana". Selain tak dirawat juga tak pernah dimanfaatkan dengan baik.
Menurut Tjek Mat Zein, sesepuh sekaligus pengurus Masjid Jami Al Anwar, kitab-kitab tersebut sebagian besar merupakan peninggalan Kiai Nawawi yang kemungkinan dibawa dari Arab Saudi. "Kiai Nawawi itu belajar di Arab Saudi dan kembali sekitar tahun 1930. Kemungkinan sebagian besar kitab-kitab kuno yang ada di sini (Masjid Jami Al Anwar, Red) adalah peninggalan beliau," kata Tjek Mat Zein ketika ditemui Lampung Post, Kamis (2-9).
Selain peninggalan dari Kiai Nawawi, menurut Tjek Mat, kitab-kitab tersebut juga merupakan wakaf ilmu dari tokoh ulama Masjid Al Anwar lainnya, seperti K.H. Toha, Abdurrahman Bawak, Ibrahim Magad, dan K.H. Rauf Ali.
Tjek Mat menjelaskan keberadaan kitab-kitab tersebut sebelumnya dimanfaatkan sebagai sumber kepustakaan dan kerap dibaca H. Syamsul Arifin yang mempunyai kemampuan membaca huruf Jawi atau Arab Melayu. Namun, sejak dua tahun silam, tepatnya tahun 2008, ketika H. Syamsul Arifin meninggal, keberadan kitab-kitab tersebut kurang dimanfaatkan dan dimaknai dengan baik.
Pasalnya, sepeninggal H. Syamsul Arifin, pengkajian kitab-kitab tersebut terputus seiring tidak adanya pengurus yang memahami huruf Jawi. "Rencananya kami juga akan membangun perpustakaan dengan kondisi yang lebih baik, sehingga selain dapat menjaga kondisi kitab, tentunya juga agar bisa dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya," kata Tjek Mat.
Sementara itu, dosen STAI Ma'arif Metro Nasir menjelaskan kitab-kitab kuno tersebut merupakan kitab klasik dan karya besar dari para ulama dari Indonesia maupun dunia. Untuk itu, kitab tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik. Caranya mengkaji dan mengungkap makna yang ada di balik tulisan huruf Jawi yang tertulis di dalamnya.
Terlebih, kata Nasir, di tengah kehidupan saat ini yang penuh dengan fenomena dan permasalahan. Tidak menutup kemungkinan isi dari kitab tersebut merupakan perbaikan dari penjelasan Alquran dan Hadis.
Menurut Nasir, ada dua cara untuk memanfaatkan kitab-kitab kuno tersebut. Pertama, jika takmir Masjid Al Anwar mampu memberdayakan untuk dikaji dan dimaknai, kitab tersebut bisa dipakai untuk keperluan pengetahuan jemaah di masjid. Kedua, jika keberadaannya kurang dimanfaatkan, dapat diwakafkan kepada lembaga agama. Sehingga intisari dari isi kitab tersebut dapat diaplikasikan dengan baik. (IYAR JARKASIH/L-2)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 7 September 2010
Diposkan oleh Udo Z Karzi
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
1 comment:
english teacher12:50 AM
bukti sejarah harus diwariskan pada anak cucu kita. kalau tidak sekarang ya kapan? kalau tidak kita ya siapa lagi?
Reply
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment