Minggu, 27 November 2011
Perbincangan Mengenai Sekala Bgha
Baru baru ini saya dapatkan perbincangan hangat di facebook mengenai
kaitan Sekala Bgha dengan Sriwijaya:
: Ini jurnal tahun 1950.Lawrence Palmer Briggs sang penulis adalah ahli Sriwijaya dan Khmer.Dia bilang dicatatan kakinya di jurnal itu bhw yg dimaksud "dipayungi dua gunung dan dilatari sebuah dangau" terletak di Karesidenan Lampung,Sumatera Selatan.Tak disebut nama Liwa disitu tp mana lagi tempat di Lampung yg memiliki dua gunung bersebelahan dan sebuah dangau (danau) selain Lampung Barat yaitu G.Pesagi dan G.Seminung + Danau Ranau?Setelah itu menurut Lawrence ibukota Sriwijaya pindah ke Minanga (Komering sekitar tahun 670 M),kemudian ke Palembang setelah penyerbuan besar2an di bawah pimpinan Dapunta Hyang Sri Jayanga (683 M) dan terakhir setelah dihancurkan oleh sepupu mereka sendiri yaitu kerajaan Cholamandala, Sriwijaya pindah ke Jambi (akhir abad 12 M).Kesimpulannya Sriwijaya memiliki 4 ibukota berbeda selama kurun waktu hampir 500 tahun: dataran tinggi Sekala Bgha-Minanga-Palembang-Jambi.
Sayangni,unyinni data ttg SB ( Sekala Bgha) khik Sriwijaya makngedok di Indonesia.Tiyan [pihak kolonial] khadu ngusung naskah2 kham mit Eropa.Mak heran WS Rendra betungga jama patung kuno jak Sekala Bgha di Zurich,Swiss atau wat juga naskah kuno SB di Berlin.Sejarah SB khik Sriwijaya sejarah sai tuha + purba jak zaman tumbai.sejarah peradaban Nusantara jak 2.000 tahun lalu.khadu mesaka nihan.Tugasni kham sai ngukha ngakuk naskah2 kheno scr sabar kik terencana.sebagai alat bukti jama tiyan sai bareh.wat masani kanah Sekala Bgha haga cakak luwot di zaman kham.Insya Allah.
>> Ada beberapa pendapat tentang Sakala Bhra (salah satunya dari Arlan Ismail, dalam buku Periodisasi Sejarah Sriwijaya, 2003, yang mengatakan: Sakala Bhra menunjukkan pada identitas suku bangsa yang menempati satu tempat di lembah utara gunung seminung, yang merupakan basis wilayah Sriwijaya Pemula. Mereka mengenal diri mereka sebagai wangsa SAKALA BHRA (Purba). Sakala berarti "Titisan" dan BHRA berarti "yang mulia". Jadi Sakala Bhra berarti "Titisan Dewa". Catatan dari saya (Rina): Perhatikan arti Sakala dan Niskala dalam bahasa Bali, jadi tulisan Brak seharusnya tetap dipahami sebagai Bhra, karena kadang orang menuliskannya menjadi "Berak' --yang seringkali diartikan sebagai kata kerja untuk membuang hajat besar--
: Ini jurnal tahun 1950.Lawrence Palmer Briggs sang penulis adalah ahli Sriwijaya dan Khmer.Dia bilang dicatatan kakinya di jurnal itu bhw yg dimaksud "dipayungi dua gunung dan dilatari sebuah dangau" terletak di Karesidenan Lampung,Sumatera Selatan.Tak disebut nama Liwa disitu tp mana lagi tempat di Lampung yg memiliki dua gunung bersebelahan dan sebuah dangau (danau) selain Lampung Barat yaitu G.Pesagi dan G.Seminung + Danau Ranau?Setelah itu menurut Lawrence ibukota Sriwijaya pindah ke Minanga (Komering sekitar tahun 670 M),kemudian ke Palembang setelah penyerbuan besar2an di bawah pimpinan Dapunta Hyang Sri Jayanga (683 M) dan terakhir setelah dihancurkan oleh sepupu mereka sendiri yaitu kerajaan Cholamandala, Sriwijaya pindah ke Jambi (akhir abad 12 M).Kesimpulannya Sriwijaya memiliki 4 ibukota berbeda selama kurun waktu hampir 500 tahun: dataran tinggi Sekala Bgha-Minanga-Palembang-Jam
Sayangni,unyinni data ttg SB ( Sekala Bgha) khik Sriwijaya makngedok di Indonesia.Tiyan [pihak kolonial] khadu ngusung naskah2 kham mit Eropa.Mak heran WS Rendra betungga jama patung kuno jak Sekala Bgha di Zurich,Swiss atau wat juga naskah kuno SB di Berlin.Sejarah SB khik Sriwijaya sejarah sai tuha + purba jak zaman tumbai.sejarah peradaban Nusantara jak 2.000 tahun lalu.khadu mesaka nihan.Tugasni kham sai ngukha ngakuk naskah2 kheno scr sabar kik terencana.sebagai alat bukti jama tiyan sai bareh.wat masani kanah Sekala Bgha haga cakak luwot di zaman kham.Insya Allah.
>> Ada beberapa pendapat tentang Sakala Bhra (salah satunya dari Arlan Ismail, dalam buku Periodisasi Sejarah Sriwijaya, 2003, yang mengatakan: Sakala Bhra menunjukkan pada identitas suku bangsa yang menempati satu tempat di lembah utara gunung seminung, yang merupakan basis wilayah Sriwijaya Pemula. Mereka mengenal diri mereka sebagai wangsa SAKALA BHRA (Purba). Sakala berarti "Titisan" dan BHRA berarti "yang mulia". Jadi Sakala Bhra berarti "Titisan Dewa". Catatan dari saya (Rina): Perhatikan arti Sakala dan Niskala dalam bahasa Bali, jadi tulisan Brak seharusnya tetap dipahami sebagai Bhra, karena kadang orang menuliskannya menjadi "Berak' --yang seringkali diartikan sebagai kata kerja untuk membuang hajat besar--