Tuesday, 31 July 2012

tanoh&ulun lampung(provinsi lampung,komering sumsel,merpas bengkulu,cikoneng pakpekon banten)

tanoh lampung
tanoh marga
tanoh pusaka
warisai tetuha
payu tijaga
... andan jejama
bumi betuah
betik di dada
Lihat Selengkapnya

· · · · 30 April pukul 20:59

  • Anda dan Okthe Sepriyan menyukai ini.

    • Jhony Yan ETNIS LAMPUNG yang biasa disebut Ulun Lampung [Orang Lampung] secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di sebelah selatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten SUKU RANAUadalah nama salah satu marga dari etnis Lampung, yaitu Marga Ranau. Marga Ranau merupakan bagian dari Kepaksian Sekala Brak yang pembagian wilayahnya diatur oleh Umpu Bejalan Diway dari Paksi Buay Bejalan Diway Paksi Pak Sekala Brak pada Abad ke VII M.Suku Ranau sebenarnya berasal dari Lampung Barat. Mereka pindah dari daerah asalnya, kemudian menetap di tepian danau di Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, sejak abad ke-15. Suku asli yang sebelumnya tinggal di kawasan danau justru hijrah ke Lampung Tengah.
      SUKU KOMERING adalah satu klan dari Suku Lampung yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak yang telah lama bermigrasi ke dataran Sumatera Selatan pada sekitar abad ke-7 dan telah menjadi beberapa Kebuayan atau Marga. Nama Komering diambil dari nama Way atau Sungai di dataran Sumatera Selatan yang menandai daerah kekuasaan Komering.Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lamp...ung) disebutkan ...dalam sajak dialek Komering/Minanga:
      “ "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako". ”

      Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang, Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung (abad 15) di Minangkabau, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".Lihat Selengkapnya

      30 April pukul 21:11 ·

    • Jhony Yan Suku Kayuagung terdapat di bekas Marga Kayuagung dan berasal dari Abung Bunga Mayang. Abung Bunga Mayang adalah suatu suku yang terdapat di Lampung, bernama Siwomego dalam wilayah Wai Kunang. Suku Bunga Mayang mula-mula menempati daerah di sekitar Sungai Hitam Lempuing, dengan leluhurnya bernama Mekodum Muhtaralam. Sedangkan keturunan yang berasal dari Skala Berak mula-mula bertempat tinggal di Batuhampar Kijang poyang yang bernama Raja Jungut.

      Pada awalnya, orang Abung tinggal di Wai Kuang dengan maksud untuk mencari tempat tinggal di Komering, akan tetapi lantaran mereka terdesak dalam suatu peperangan, maka mengundurkan diri memasuki sungai Macak, keluar ke sungai Lempuing. Di daerah inilah kemudian orang Abung menetap. Karena beberapa alas an, mereka melakukan migrasi sampai ke tempat yang pada masa kasunanan Palembang dikenal sebagai wilayah Morge Siwe atau Sembilan Marga.

      30 April pukul 21:12 ·

    • Jhony Yan Suku Abung
      Suku Abung adalah suatu komunitas suku yang mendiami bagian utara propinsi Lampung di antara kota Mesuji dan sungai Tulang Bawang di kab. Lampung Utara, sebagian mendiami kec. Kayuagung dan Mesuji, kab. Ogan Komering Ilir.

      Suku ini terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
      - Abung,
      - Paminggir
      - Pubian.

      Orang Abung dikenal sebagai "Masyarakat Pegunungan" dan mempunyai sejarah tersendiri dalam hal berburu. Di kalangan masyarakat berkembang pula seni kerajinan tembikar selain bertani. Suku Abung dikelompokkan ke dalam rumpun suku Lampung.
      Para peneliti berpendapat, bahwa suku Abung adalah kelompok pembawa budaya Proto Malayan, dan pada awalnya adalah sebagai penghuni pertama pesisir danau Ranau sejak ribuan tahun yang lalu, yang mana dahulu nya mereka disebut sebagai suku Ranau, tetapi karena masuknya pendatang dalam jumlah besar hingga memenuhi pesisir danau Ranau, maka suku Abung semakin terdesar sehingga memaksa mereka untuk hijrah ke wilayah Lampung, dan bergabung dengan adat istiadat dan budaya Lampung, sehingga saat ini suku Abung menjadi salah satu sub-suku dari suku Lampung.

      30 April pukul 21:16 ·

    • Jhony Yan Suku Abung merupakan sub suku bangsa dari Ulun Lampung yangmendiami Kec. Kayuagung dan Mesuji, Kab. Ogan Komering Ilir. Suku initerbagi ke dalam 3 kelompok yaitu Abung, Paminggir dan Pubian
      30 April pukul 21:19 · · 1

    • Jhony Yan untuk lebih jelas tntg suku abung:buka tautan Joni Sepriyan MKALAH SUKU ABUNG
      30 April pukul 21:23 ·

    • Jhony Yan Abung Siwo Mego dan Pubian Telu Suku
      oleh Lampung Communications pada 30 Agustus 2011 pukul 11:24 ·

      Penduduk asli Lampung di Lampung Tengah di angkat dari adat kemargaan “Abung Siwo Mego” dan “Pubian Telu Suku”, yaitu kebuaian atau jurai yang berasal dari 9 (sebilan) keturunan. Kesembilan jurai (bahasa daerah= jurai siwo) itu terdiri dari Anak Tuha, Nuban, Nunyai, Unyi, Subing, Kunang, Selagai, Nyerupa dan Beliuk.



      Sembilan kebuaian penduduk asli ini, di lingkungan setempat masing-masing mendiami sejumlah tempat di Kabupaten Lampung Tengah. Hal itu dengan ditandai adanya perkampungan masyarakat pribumi, bahasa daerah sehari-hari yang dipergunakan serta budaya daerah penduduk suku asli yang turun temurun bermukim di sini.



      Dalam Kitab “Kuntara Raja Niti”, yakni kitab (book) adat istiadat orang Lampung yang hingga kini masih dapat ditemukan dan di baca, baik dalam bentuk aksara asli Had Lappung maupun yang telah di tulis dalam aksara latin, walaupun isinya sudah banyak di pengaruhi agama Islam yang masuk dari Banten, dikatakan sebagai berikut:



      Siji turunan Batin tilu suku tuha lagi lewek djak Pagaruyung Menangkabau pina turun satu putrid kajangan, dikawinkan jama Kun Tunggal, ja ngada Ruh Tunggal ja ngakon tunggal ja ngadakan umpu sai tungau umpu sai tungau ngadakan umpu serunting umpu sai runting pendah disekala berak ja budiri ratu pumanggilan, Ratu pumanggilan (umpu si Runting nganak lima muari;

      1. 1. Sai tuha Indor Gadjah turun abung siwa miga,
      2. 2. Si Belunguh turunan peminggir,
      3. 3. Si Pa’lang nurunkan pubijan tilu suku,
      4. 4. Si Pandan ilang,
      5. 5. Si Sangkan wat di suka ham.



      Dengan demikian, menurut apa yang diuraikan Kuntara Raja Niti, orang-orang Lampung (suku Pubian, Abung, Peminggir dan lain-lain) berasal dari Pagaruyung, keturunan Putri Kayangan dan Kua Tunggal. Lalu setelah kerabat mereka berdiam di sebuah daerah bernama Skala Berak, di masa cucunya Umpu Serunting, mereka mendirikan Keratuan Pemanggilan. Umpu Serunting selanjutnya menurunkan lima orang anak laki-laki. Mereka terdiri dari Indra Gajah (Inder Gajah), yang kemudian menurunkan orang Abung, Bulunguh menurunkan orang Peminggir, Pa’lang menurunkan orang Pubian, Pandan dikatakan menghilang dan Sangkan dikatakan berada di Suka ham (?). Suka ham, diyakini nama sebuah tempat bernama Sukadanaham yang sekarang berada di Kabupaten Tanggamus.



      Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Kuntara Raja Niti, karena orang-orang Bajau (perompak laut) datang menyerang, akhirnya Keratuan Pemanggilan menjadi pecah. Sedangkan warganya beralih tempat meninggalkan Skala Berak menuju ke daerah dataran rendah Lampung sekarang. Keturunan Indra Gajah/Inder Gajah kemudian menetap di Ulok Tigou Ngawan di Canguk Gatcak di hulu Way Abung (Kecamatan Tanjung Raja, Lampung Utara).



      Di bawah pimpinan Minak Rio Begeduh, mereka mendirikan Keratuan di Puncak. Diperkirakan, di masa Minak Begeduh yakni sekitar tahun 1365 armada Majapahit yang bertolak dari Pulau Jawa sempat singgah di pantai timur, yaitu di daerah kekuasaan Keratuan Pugung yang berada di Kecamatan Labuhan Meringgai sekarang. Namun para awak yang merapat di sana tidak sampai masuk ke daerah pedalaman. Mereka hanya berada di pesisir pantai.



      Semasa kekuasaan putra Minak Rio Begeduh bernama Minak Paduka Begeduh, daerah Abung di serang lagi oleh perompak laut. Penyerangan ini mengakibatkan tewasnya Minak Paduka Begeduh. Hal tersebut menyebabkan keempat anaknya mengadakan pertahanan. Keempat anak Minak Paduka Begeduh ini, masing-masing bernama Nunyai (Minak Trio Disou) yang membuat pertahanan di sepanjang Way Abung dan Way Rarem. Unyi (Minak Ratu di Bumi) membuat pertahanan di sepanjang Way Seputih. Nuban (wanita) dengan suaminya membuat pertahanan di sepanjang Way Batanghari dan Subing membuat pertahanan di sepanjang Way Terusan. Menurut cerita turun temurun yang di dengar, Subing berhasil menebus kehormatan ayahnya Minak Paduka Begeduh yang telah wafat dengan membunuh kepala perompak bernama Raja di Laut.

No comments:

Post a Comment