Tuesday, 31 July 2012

  • Jejak Islam di Lampung (13): Fatwa 100 Ulama di Pesantren K.H. Gholib
    SEPERTI halnya masjid dan pesantren lain di Indonesia yang tidak hanya menjadi pusat ibadah dan pendidikan, tetapi juga menjadi basis pergerakan melawan Belanda, pesantren K.H. Gholib Pringsewu pun tak bisa lepas dari pergerakan seperti ini.

    Ketika Belanda kembali punya keinginan menancapkan kukunya di Indonesia (agresi kedua tahun 1949), 100 ulama Lampung saat itu berkumpul di Pesantren Gholib membahas hukum perang melawan Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

    ... Keseratus ulama itu, antara lain K.H. Hanafiah dari Sukadana, K.H. Nawawi Umar dari Telukbetung, K.H. Abdul Rozak Rais dari Penengahan, Kedondong, K.H. Umar Murod dari Pagardewa (kini Kabupaten Tulangbawang Barat), K.H. M. Nuh, K.H. Aman dari Tanjungkarang, Kiai M. Yasin dari Tanjungkarang (ketua Masyumi Lampung saat itu), K.H. A. Rauf Ali dari Telukbetung, K.H. A. Razak Arsad dari Lampung Utara.

    Hasil musyawarah 100 ulama itu menetapkan hukum perang melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan dan ketinggian Islam adalah fardu ain.

    Keputusan ini disampaikan ke pemerintah ketika itu dan menjadi dasar umat Islam melawan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah keputusan ini, Hanafiah dan pasukan laskar Hizbulllah dan Sabilillah Pringsewu menuju Baturaja, Sumatera Selatan, untuk membantu Tentara Republik Indonesia (TRI) melawan Belanda, setelah Palembang diduduki.

    Lalu atas keputusan pemerintah darurat Lampung dan TRI yang sebelumnya bermusyawarah dengan Gholib dan ketua-ketua partai Islam ketika itu, menetapkan Gholib memimpin TRI dan rakyat Pringsewu (Hizbullah dan Sabililah) menyerang Belanda.

    Begitu pentingnya peran Gholib mengusir Belanda, membuatnya dirinya selalu menjadi incaran Belanda untuk ditangkap kemudian dibunuh. Siasat perang diterapkan Gholib adalah perang gerilya di bawah komando TRI Kapten Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menteri Agama era Soeharto).

    Dalam biografi Gholib yang ditulis salah satu santrinya, H. Akbar Moesa Achmad, tokoh penyebar Islam dan pejuang kemerdekaan ini meninggal dunia pada 6 November 1949 atau 16 Syawal 1368 Hijriah.

    Gholib ditembak dari belakang oleh tentara Belanda, setelah 10 meter berjalan menjauhi sebuah gereja di Pringsewu, tempat dirinya ditahan militer Belanda. Gholib jatuh tersungkur dan meninggal dunia ketika itu juga.

    Kegemasan Belanda pada Gholib bukan karena ia seorang ulama besar dan memiliki pesantren dengan santri sangat banyak, melainkan andilnya yang sangat penting dalam mempertahankan kemerdekaan. Pesantren miliknya menjadi basis pertahanan TRI dan Pemerintah Darurat RI di Lampung. (ALHUDA MUHAJIRIN/U-3)

    Sumber: Lampung Post, Selasa, 24 Agustus 2010
    Diposkan oleh Udo Z Karzi
    Lihat Selengkapnya
    · · · 26 Juli pukul 23:34


  • KIRIMAN TERDAHULU
  • SUKU BANGSA LAMPUNG

    Masyarakat Lampung asli memiliki struktur adat yang tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun

    · Suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin terdiri dari :
    ...
    1. Paksi Pak Sekala Brak {Sekala Brak Empat Paksi)

    2. Krui Marga Pitu (Krui Tujuh Marga}

    3. Komring Buay Lima {Komring Lima Kebuayan}

    4. Peminggir Semaka

    5. Melinting

    · Suku bangsa Lampung yang beradat Pepadun dapat digolongkan menjadi :

    1. Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga)
    2. Tulang Bawang Mego Pak (Tulang Bawang Empat Marga)
    3. Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku)
    4. Buay Lima Way Kanan (Way Kanan Lima Kebuayan)
    5. Sungkay Bunga Mayang

    Berdasarkan pembagian penduduk yang serba mendua ini maka

    “Lampung dikenal sebagai Propinsi Sang Bumi Ruwa Jurai yang dapat diartikan “Bumi Yang Dua Dalam Kesatuan.””

    Di daerah Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat yaitu Kain Tapis Lampung.

    Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Kain_tapis
    Lihat Selengkapnya

No comments:

Post a Comment